Advertorial
Intisari-Online.com - Terjadi ketegangan diwilayah Laut China Selatan.
Hal ini dikarenakan pemerintah China akanmelarang segala bentuk kegiatan penangkapan ikan di wilayah perairan yang telah diklaim oleh Beijing tersebut.
Beijing telah mengklaim secara sepihak 80 persen wilayah Laut China Selatan.
Padahal wilayah ini juga diperebutkan oleh 5 negara lainnya, termasuk Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei, dan Indonesia.
Tak heran, laranganpenangkapan ikan diwilayah Laut China Selatan oleh pemerintah China pun diprotes keras.
Khususnya oleh Vietnam dan Filipina.
Bahkan Kementerian Luar Negeri Vietnam pun mengencam larangan itu.
Mereka mengatakan China seharusnya tidak memperumit situasi di Laut China Selatan.
Baca Juga: Mengenang 22 Tahun Tragedi Trisakti, Sebenarnya Apa yang Terjadi pada 12 Mei 1998?
Ini bukan pertama kalinya China bersitegang dengan negara lain terkait wilayah Laut China Selatan.
Lalu mengapa Laut China Selatan begitu ingin dikuasai oleh China?
Ternyata ini terkait dengan potensi ekonomi yang berada di dalamnya.
Bayangkan saja, jika Laut China Selatan ini menjadi sebuah negara, maka satu saja potensi ekonomi terbesarnya bisa meraupuntung hampir 2 kali lipat PDB Indonesia.
Belum lagi kekayaan alamnya yang mampu membuat posisi Venezuela dan Rusia tergesersebagai negara dengan cadangan minyak bumi dan gas alam terbesar di dunia.
Potensi Ekonomi
Mengapa Laut China Selatan ini menjadi begitu diperebutkan?
Bukankan laut itu cukup luas untuk dibagi bersama keenam negara yang memperebutkannya?
Menurut data dari pemerintah AS, Laut China Selatan memiliki potensi ekonomi yang sangat luar biasa.
Laut ini merupakan lalu lintas perdagangan internasional yang bernilai tak kurang dari 5,3 triliun dolar AS setiap tahunnya.
Bayangkan, satu potensi ekonominya saja sudah lebih besar dibanding PDB Indonesia tahun 2019 menurut IMF, yaitu 'hanya' mencapai 3,55 triliun AS.
Selain itu, menurut data Badan Informasi Energi AS, di kawasan ini tersimpan cadangan minyak bumi sebesar 11 miliar barel serta gas alam hingga 190 triliun kaki kubik (setara 57,9 triliun meter kubik).
Sementara cadangan minyak negara penghasil minyak bumi terbesar di dunia (2017) saja, yaitu Venezuela, 'hanya' 300,878 barel.
Serupadengan cadangan minyak, dalam hal gas alam, jumlah yang terkandung di Natuna mampu mengalahkan posisi Rusia sebagai pemilik cadangan gas alam terbesar di dunia pada 2017 (menurut BP Statistical Review of World Energy 2018) yaitu 'hanya' 33,6 triliun meter kubik.
Tak hanya itu, 90 persen lalu lintas pengangkutan minyak bumi dari Timur Tengah menuju Asia pada 2035 akan melintasi perairan tersebut.