Advertorial
Intisari-Online.com -Virus corona yang sudah masuk ke Ethiopia semakin menambah penderitaan karena sebelum corona pun masyarakat telah dihadapkan pada wabah penyakit yang lebih mengerikan.
Pemerintah Ethiopia baru-baru ini menyatakan keadaan darurat setelah mencatat 131 kasus Covid-19 dan 3 jumlah kematian.
Melansir Daily Star, Sabtu (2/5/2020), virus corona masuk di negara Afrika Timur itu pada 13 Maret setelah seorang warga Jepang dinyatakan positif.
Save the Children telah memperingatkan bahwa Ethiopia, juga negara-negara lain di Tanduk Afrika, menghadapi ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya dari virus corona.
Hal itu karena Ethiopia juga bergulat dengan serangan kawanan belalang dan banjir. Dan sekarang kelaparan yang ditakuti.
Covid-19 memengaruhi perekonomian dan layanan kesehatan di wilayah itu, sama seperti sungai-sungai yang meluap karena hujan lebat musim semi.
Sedang musim panas mendatang diperkirakan akan membawa kawanan belalang yang bisa menyebabkan kelaparan massal bagi jutaan orang.
Selain itu, orang-orang Ethiopia telah dihantam penyakit misterius yang menyebabkan penduduk desa sekarat berdarah dari mata, mulut, dan anus mereka.
Itu bisa jadi merupakan gejala penyakit tertentu atau keracunan dari proyek gas lokal.
Belum lagi, demam berdarah Krimea-Kongo yang menyebabkan tingkat kematian yang lebih tinggi daripada wabah corona.
Penyakit itu telah membingungkan para profesional medis setelah muncul di Sudan Selatan, Uganda dan sekarang Ethiopia.
Lusinan orang telah terinfeksi penyakit mengerikan dan setidaknya empat telah meninggal.
Di wilayah Somalia, banyak orang telah melaporkan gejala yang mirip dengan demam berdarah Krimea-Kongo, tetapi ada kekhawatiran mereka mungkin telah teracuni oleh eksplorasi gas lokal.
Seorang korban berusia 23 tahun pertama kali mengalami mata dan telapak tangannya menguning.
Kemudian ia mulai berdarah dari hidung dan mulutnya serta tubuhnya membengkak, lapor The Guardian .
Dia kemudian meninggal setelah pingsan karena demam.
Banyak tetangganya menderita gejala yang sama dan beberapa meninggal.
Korban lain termasuk seorang bocah lelaki berusia dua tahun di kota Haarcad.
Dia meninggal meskipun telah menerima banyak transfusi darah selama satu bulan dirawat di rumah sakit.
Bocah itu juga memiliki mata dan telapak tangan kuning, bengkak dan demam.
Ada beberapa kebingungan tentang asal-usul gejala pasien. Proyek gas alam China di dekatnya dituduh meracuni persediaan air.
Namun, klaim ini telah ditolak oleh pejabat pemerintah yang mengatakan bahwa semua sumur gas lokal aman dan terlindungi.
Pasien dengan gejala demam berdarah Krimea-Kongo sering keluar dari rumah sakit karena dokter mengatakan tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuk mereka.
Dengan munculnya virus corona yang sekarang menjadi ancaman nyata bagi Ethiopia, kemungkinan para pasien tersebut akan menerima perhatian medis yang lebih sedikit jika rumah sakit kewalahan dengan sejumlah besar kasus Covid-19.
Kini, pihak berwenang telah menutup sekolah, melarang pertemuan publik, membebaskan ribuan tahanan dari penjara yang penuh sesak dan mengharuskan kebanyakan orang bekerja dari rumah.
Jalan-jalan di ibukota Addis Ababa juga telah disemprot dengan desinfektan dalam upaya untuk menghentikan penyebaran virus.
Pemerintah menolak memberlakukan lockdown penuh tidak seperti negara tetangga, Rwanda, Uganda, dan Mauritius.
Perdana Menteri Abiy Ahmed mengatakan bahwa penutupan yang lebih keras tidak realistis bagi Ethiopia, karena ada "banyak warga yang tidak memiliki rumah" dan "bahkan mereka yang memiliki rumah harus memenuhi kebutuhan sehari-hari."