Advertorial
Intisari-online.com -Sampai saat ini (28/4/2020) kasus Covid-19 di Indonesia telah mencapai 9511 kasus.
Dari 9511 kasus tersebut, 7484 positif dirawat, 1254 terbilang sudah sembuh dan 773 pasien telah meninggal dunia.
Namun melansir Reuters, data dari 16 provinsi di Indonesia tunjukkan 2212 pasien dengan gejala Covid-19 telah meninggal tetapi sebelumnya tidak diuji dan tidak dicatat sebagai pasien Covid-19.
Data ini datang juga dari pemakaman di Jakarta meningkat mencapai 40 persen dan hampir 20 ribu kasus tidak dites karena lambatnya prosedur pengetesan.
Baca Juga: Sejarah Virus Corona di Indonesia; Indonesia Akhirnya Melaporkan Dua Kasus Virus Corona pada Awalnya
Tiga ahli medis mengatakan gambaran ini mengindikasikan gambaran ini tunjukkan jika jumlah kematian di Indonesia lebih dari laporan resmi pemerintah.
Sayang sekali, Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat tes Covid-19 paling rendah di dunia.
Beberapa epidemiologis mengatakan sulit mendapatkan gambaran akurat penyebaran infeksi di negara dengan penduduk yang padat ini.
Data terbaru dari 16 provinsi tunjukkan terdapat 2.212 kematian Pasien dalam Pengawasan (PDP) karena mereka memiliki gejala virus Corona aktif.
Baca Juga: Cara Mudah dan Ampuh Untuk Gandakan Aplikasi di Perangkat Smartphone
Data tersebut dikumpulkan oleh agen provinsi secara harian atau mingguan dari gambaran yang dikirim oleh rumah sakit, klinik dan pihak pemakaman.
Dari data tersebut didapatkan Reuters dengan cara mengecek situs resmi Covid-19 Indonesia, mewawancarai petugas provinsi dan mereview laporan WHO.
2.212 kematian merupakan tambahan dari kematian 693 kematian orang yang telah dites positif Covid-19 di provinsi tersebut dan secara resmi dicatat sebagai korban penyakit tersebut.
16 Provinsi yang dijadikan acuan tersebut ditinggali lebih dari tiga perempat penduduk Indonesia.
Anggota senior di Gugus Tugas Covid-19, Wiku Adisasmito tidak menampik hasil penelitian Reuters tetapi menolak berkomentar akan angka korban virus Corona yang ia yakin berstatus PDP.
Ia mengatakan sebanyak 19,897 penderita suspect virus Corona di Indonesia belum pernah dites karena antrian tes yang sangat panjang.
Pasalnya proses olah sampel di laboratorium tergolong lambat lebih-lebih staf laboratorium masih sedikit.
Beberapa orang sayangnya telah meninggal bahkan sebelum sampel mereka sempat dianalisis.
"Jika mereka punya ratusan atau ribuan sampel yang perlu diuji, mana yang akan diprioritaskan?
"Mereka akan berikan kepada orang yang masih hidup," ujarnya.
Adisasmito adalah ahli kesehatan masyarakat paling senior di dalam Gugus Tugas Covid-19 Indonesia.
Ia paling sering dirujuk setiap kali ada pertanyaan dari kantor Presiden Joko Widodo.
Menurut panduan Covid-19 yang paling baru diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan, PDP (Pasien Dalam Pengawasan) adalah mereka yang memiliki penyakit pernapasan akut dan tidak ada penjelasan penyebab lain selain virus Corona baru.
Pasien yang diklasifikasikan sebagai PDP juga harus pernah bepergian ke luar negeri atau area di Indonesia yang telah menjadi area merah karena banyak orang terjangkit Covid-19.
Pandu Riono, epidemiologis di Universitas Indonesia mengatakan, "aku yakin kebanyakan kematian PDP disebabkan oleh Covid-19," sembari mengutip gejala Covid-19 dan mengatakan tidak ada penyebab kematian lainnya.
Sebelumnya pada Januari dan Februari lalu dikatakan wabah Covid-19 tidak masuk ke Indonesia karena kekuatan doa, obat herbal dan air panas dapat mengusir virus tersebut.
Kenyataannya saat ini jumlah kematian di Indonesia paling tinggi setelah China.
Data dari Provinsi DKI Jakarta menunjukkan terjadi peningkatan jumlah pemakaman di Maret kemarin yang meningkat 40 persen lebih tinggi dari bulan lainnya semenjak Januari 2018.
Gubernur Anies Baswedan mengatakan jika virus Corona adalah penjelasan satu-satunya.
Indonesia telah melakukan 210 tes per 1 juta penduduk.
Baca Juga: Seperti Apa Gejala Masuk Angin Akut Itu? Salah Satu Cara Mengatasinya Adalah Dengarkan Sinyal Tubuh
Angka itu masih rendah dibandingkan Australia yang melakukan tes 100 kali lebih banyak per kapita.
Sementara tercatat Vietnam melakukan pengujian 10 kali lebih banyak dalam cakupan yang sama.
Dr Iwan Ariawan, epidemiologis dari Universitas Indonesia mengatakan jumlah infeksi dan tingkat kematian lebih tinggi dari data yang dilaporkan karena jumlah tes di Indonesia masih sangat rendah terutama dibandingkan dengan populasinya.
Jokowi telah mengatakan minggu lalu kepada jajaran menterinya untuk laporkan data Covid-19 dengan benar dan transparan.
Baca Juga: Tak Putus Asa Kehilangan Pekerjaan Karena Covid-19, Pria Ini Banting Setir Jualan Sayur Online
Pemerintahannya mengumumkan inisiatif transparansi dua minggu lalu tetapi janji situs baru dengan data yang transparan masih hanya angan.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini