Advertorial
Intisari-Online.com - Berbulan-bulan lamanya masyarakat dunia dibuat khawatir tentang menyebarnya pandemi Covid-19.
Namun, siapa sangka jika pasangan ini tidak tahu menahu tentang betapa 'kacau' dunia karena pandemi Covid-19, dikarenakan mereka sudah hampir 2 bulan berada di laut menggunakan kapal pesiar.
Melansir Dailymail.co.uk (22/4/2020), Elena Manighetti dari Lombardy, Italia dan Ryan Osborne dari Manchester berhenti dari pekerjaan mereka pada tahun 2017 dan membeli kapal pesiar untuk berlayar ke seluruh dunia.
Pasangan ini meninggalkan Canary pada akhir Februari lalu dalam rencana perjalanan ke St Vincent, yang jaraknya 3.000 mil.
Berada di tengah laut di atas pesiar akhirnya membuat mereka tidak mengetahui sama sekali tentang pandemi Covid-19.
Sebelum berangkat untuk perjalanan keliling dunia mereka, pasangan ini memberi tahu keluarga bahwa mereka tidak ingin menerima kabar buruk selama perjalanan.
Itulah salah satu yang membuat mereka tak mendengar kabar apa pun.
Lalu, bagaimana akhirnya pasangan ini mengetahui kenyataan apa yang tengah terjadi di dunia?
Itu terjadi ketika meraka mencoba berlabuh di Karibia.
Ketika mereka mendekati Karibia, pasangan ini diberitahu bahwa banyak pulau telah menutup perbatasan mereka untuk melindungi populasi mereka dari virus Covid-19.
Menurut pengakuan pasangan ini, sebenarnya mereka mengetahui adanya virus di China ketika meninggalkan kepulauan Canary.
Namun, mereka tidak berpikir bahwa virus itu akan menyebabkan pandemi yang mempengaruhi perjalanan mereka di sisi lain dunia.
Baca Juga: Ketahui Berapa Lama Telur Segar Bisa Disimpan di Kulkas, Ini Dia
Selain permintaan kepada keluarga untuk tidak memberi kabar buruk, mereka juga berada di laut tanpa akses ke berita dunia luar karena mereka tidak mmeiliki sinyal ponsel.
Barulah setelah 25 hari di laut, mereka diberitahu bahwa mereka tidak dapat berlabuh di beberapa pelabuhan karena pembatasan lockdown.
Yang pertama mereka tahu tentang Covid-19 adalah ketika seorang teman, yang berlayar di depan mereka, memberi tahu mereka tentang lockdown yang diberlakukan.
Manighetti mengatakan kepada BBC : "Pada bulan Februari kami mendengar ada virus di Tiongkok, tetapi dengan informasi yang terbatas yang kami miliki, kami mengetahui pada saat kami tiba di Karibia dalam 25 hari semuanya akan berakhir.
"Kami memberi tahu kontak pantai kami bahwa kami tidak ingin mendengar kabar buruk, yang merupakan pekerjaan yang sulit karena itu adalah berita yang sangat buruk," lanjutnya.
Sementara Osborne mengatakan: "Kami pertama kali mencoba mendarat di salah satu wilayah Prancis di Karibia tetapi ketika kami tiba kami menemukan semua perbatasan ditutup dan pulau-pulau ditutup.
"Bahkan pada saat itu kami menganggap itu adalah tindakan pencegahan karena musim yang tinggi.
"Kami pikir pulau-pulau itu tidak mau menanggung risiko beberapa wisatawan menulari penduduk setempat," sambungnya.
Awalnya, pasangan ini tidak diizinkan mendarat karena, terlebih Manighetti berasal dari Italia, salah satu negara paling parah terdampak Covid-19 di dunia.
Pihak berwenang tidak ingin mengizinkannya mendarat karena dampak Covid-19 pada negara asalnya itu.
Beruntung karena mereka memiliki catatan perjalanan di GPS.
Pasangan ini telah melacak perjalanan mereka dengan GPS, mereka dapat membuktikan bahwa dalam 25 hari teakhir mereka telah berada di laut.
Kenyataan mereka telah berada di laut selama 25 hari artinya secara tidak sengaja mereka telah berada di karantina atau melakukan karantina mandiri.
Ketika mereka akhirnya melakukan kontak dengan dunia luar, Manighetti menemukan dampak yang dialami Covid-19 di kota kelahirannya.
Dia mengatakan keluarganya aman, setelah menghabiskan enam minggu dalam kurungan, meskipun orang-orang yang dikenalnya selama bertahun-tahun menjadi korban virus.
Pasangan itu, yang saat ini berada di Bequia, Saint Vincent, dan tidak dapat melanjutkan perjalanan mereka saat ini karena tidak ada tempat yang terbuka.
Mereka mengatakan ingin melanjutkan menjelajahi Karibia sebelum Juni dan awal musim badai.
"Kami terjepit di antara musim badai dan virus," katanya.
Untuk diketahui, pandemi Covid-19 hingga 22 April 2020 kemarin telah menginfeksi sekitar 2,5 juta orang di seluruh dunia.
Sedangkan jumlah korban meninggal sebanyak177.293 dan pasien sembuh sebanyak688.639 orang.