Para ahli geologi China, sesuai diberitakan media South China Morning Pos (Kamis/26/4/2018) bahkan sudah mengamati dan menyimpulkan lokasi uji ledakan nuklir di Punggye-ri telah runtuh dan debu radioaktifnya mulai muncul ke permukaan tanah.
Diduga lokasi uji ledakan nuklir Punggye-ri mengalami keruntuhan setelah digunakan melakukan tes ledakan nuklir pada September 2017..
Dengan kerusakan seperti itu maka yang terjadi sesungguhnya adalah senjata makan tuan.
Pasalnya Korut ternyata mengalami kerugian yang sangat besar akibat ‘serangan’ nuklir yang dilakukan oleh Korut sendiri.
Untuk membangun fasilitas uji ledakan nuklir yang baru, Korut jelas membutuhkan biaya yang sangat besar.
Apalagi Korut juga sedang mengalami kesulitan keuangan setelah diembargo ekonomi oleh PBB sejak bulan Agustus 2017.
Maka sebelum memiliki dana untuk membangun fasilitas uji ledak nuklir, Korut memilih menghentikan programn nuklir dan juga uji peluncuran rudal balistiknya.
Dalam kondisi sedang ‘bokek’ itu, Kim Jong Un ternyata bisa memanfaatkan peluang karena pada saat yang sama baik Korsel maupun AS sedang berupaya melakukan perudingan damai dengan Korut.
Kim Jong Un memanfaatkan momen itu untuk melaksanakan Konferensi Tingkat Tinggi dengan Korut dan AS guna membahas penghentian program nuklir Korut serta penyelesaian Perang Korea yang secara teknis masih berlangsung.
Jika perundingan itu memang berakhir dengan keputusan Korut untuk menghentikan program nuklirnya sekaligus mengakhiri Perang Korea memang sangat ideal.
Source | : | cnn.com,south china morning post |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR