Seperti diketahui, selama pandemi Covid-19 menyerang berbagai negara di dunia, banyak imbauan menyatakan agar orang-orang menghindari kerumunan.
Bahkan, berbagai kegiatan sampai dibubarkan demi mencegah penyebaran virus corona, karena kerumunan menyimpan risiko besar penularan virus ini.
Risiko besar itu bisa kita lihat misalnya dari klaster infeksi virus corona Indonesia yang sebagian berasal dari acara-acara seminar maupun pertemuan keagamaan.
Contoh lainnya adalah tragedi Tabligh Akbar yang diselenggarakan di Malaysia. Acara ini menjadi tempat ratusan orang di Malaysia terinfeksi Covid-19.
Kasus pastor Spradlin juga nampaknya menjadi bukti betapa berbahayanya kerumunan di tengah pandemi Covid-19.
Sebulan kemudian setelah ia mengunjungi perayaan Mardi Gras, Spradlin, yang juga seorang musisi kawakan yang dilantik ke Blues Hall of Fame pada 2016, meninggal dunia.
"Misinya adalah pergi ke pub, klub dan bar, bermain musik blues dan berhubungan dengan musisi dan hanya memberi tahu mereka bahwa Yesus mencintai mereka," kata putri Spradlin, Jesse Spradlin, 28, kepada BBC.
“Mardi Gras (pesta karnaval) seperti Times Square di New York selama Malam Tahun Baru. Lautan orang-orang hanya minum dan berpesta. Dia keras dan tertawa" sambungnya.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR