Advertorial
Intisari-Online - Baru-baru ini Maia Estianty bikin geger warganet usai memposting pengalamannya melakukan rapid test corona.
Hasil tes Maia Estianty beserta seluruh anggota keluarga, termasuk asisten rumah tangga dan sopir menunjukkan negatif Covid-19.
Hal itu diunggahnya di akun media sosial Instagram @maiaestiantyreal pada Selasa (7/4/2020).
"Alhamdulillah, awalnya sebelum berangkat baca2 doa, deg2an pas mau test covid19, tapi akhirnya satu keluarga di rumahku dan suami, dan ART serta Pak Sopir, semua negative hasilnya dari Covid19..," tulis Maia Estianty.
Dalam unggahan itu, Maia Estianty pun berterima kasih kepada sang suami yang disebut sebagai orang yang mengajaknya dan keluarga melakukan rapid test.
"Jadi hari ini nggak ada curiga2an lagi siapa yg bawa virus,
"Yang nggak bisa teset (belum takdirnya Allah), kalau terpaksa pergi, tetap pakai masker ya guys kemana-mana, jaga jarak, dan jangan lupa cuci tangan selama 20 detik da bawa hand sanitizer kemana2, makan vitami, plus doa supaya tidak trjangkit virus corona. Amin..," sambungnya.
Mengutip Kompas.com (8/4/2020), unggahan video mantan istri musisi Ahmad Dhani itu dikomentari banyak orang, namun tak jarang yang memberikan tanggapan pedas.
"Enk bgt ya artis tes rapid mdh skli psti byrnya mahal..dan cpt bgt d layani...aq mw tes rapid sm swab ssh bgt,malah ha d ksh krn ketrbtsan alat..," tulis akun @erlin_liany.
Tak hanya itu saja, akun lain pun menambahkan bahwa Maia Estianty merupakan contoh bahwa uang masih menjadi pembeda di tengah masyarakat Indonesia.
"Uang yg bikin segalanya jd mudah,, semoga msh ada org2 yg mau berbagi uang nya untuk membantu terutama tenaga medis agar dapat tes rapid gratis," tulis akun @irasyari.
Kini terpantau Maia Estianty telah menutup kolom komentar pada unggahan tersebut.
Bagaimana cara tes cepat?
Melansir Kompas.com (20/3/2020), para pasien biasanya diambil sampel dari saluran pernafasan atas, berupa cairan hidung dan atau tenggorokan.
Robert-Koch-Institut menyarankan, pada dugaan kasus infeksi, sampel harus diambil dari saluran pernafasan bawah. Misalnya sekret yang berasal dari saluran bronkhium atau paru-paru.
Sampel kemudian akan diteliti di laboratorium diagnostik untuk memastikan infeksi oleh virus Corona.
Prosedurnya berbasis pada apa yang disebut reaksi berantai polymerase (PCR).
Pengujian semacam ini biasanya berlangsung selama 5 jam, dan kini menjadi prosedur standar di laboratorium.
Potongan DNA yang dipilah secara terarah dan diperbanyak dalam perangkat blok Thermocycler, yang secara mandiri mengatur siklus temperatur saat PCR.
Prosedur tersebut akan menunjukkan, apakah ada atau sebanyak apa unsur patogen, misalnya virus corona, dalam tubuh.
Hasil tes cepat biasanya diperoleh dalam waktu satu atau dua hari.
Hasilnya, apakah negatif atau positif akan diinformasikan kepada dokter dan pasien bersangkutan.
Jika hasil tes virus corona positif, juga lembaga kesehatan lokal mendapat informasinya. Setelah itu pasien akan diperintahkan untuk melakukan karantina.
Jika kasusnya berat pasien harus dikarantina dan dirawat di rumah sakit yang sudah menyiapkan ruang isolasi.
Sementara jika kasusnya ringan, pasien bisa dikarantina di rumah dalam kurun waktu hingga dinyatakan sembuh dan tidak menularkan virus.
Siapa yang harus melakukan rapid test corona?
Sementara itu, uji cepat pada prinsipnya hanya dibatasi pada dugaan kasus.
Pasalnya tes secara massal, selain tidak logis juga nyaris mustahil dilaksanakan.
Gejala batuk-batuk atau demam ringan, juga tidak identik dengan infeksi COVID-19.
Mereka yang harus dites adalah yang menunjukkan gejala radang paru-paru dengan penyebab tidak jelas.
Gejala yang mecolok adalah kesulitan bernafas, batuk kering dan demam.
Apalagi jika mereka pernah mengunjungi kawasan risiko atau kontak langsung dengan penderita COVID-19.
Kelompok inilah yang punya argumen kuat untuk menjalani tes cepat alias rapid test.
Secara umum di Jerman berlaku kesepakatan, bahwa yang menentukan apakah Rapid Test perlu dilakukan atau tidak, adalah para dokter yang punya kewenangan.
Robert-Koch-Institut yang merupakan jawatan independen Jerman untuk penyakit infeksi dan penyakit menular, saat ini juga melakukan tes acak pada pasien dengan gejala batuk dan demam.
Biaya satu kali tes cepat virus corona di Jerman sekitar 200 Euro atau sekitar 3,5 juta Rupiah yang ditanggung asuransi kesehatan.
El Rumi Pulang dari London, Isolasi Mandiri di Rumah Maia Estianty
Tidak disebutkan secara pasti dalam unggahannya terkait apa yang membuat Maia Estianty bisa menjalani rapid test.
Namun, diketahui Ahmad El Jallaludin Rumi belum lama ini baru saja mendarat dari London, Inggris.
Kembalinya El Rumi ke Indonesia lantaran dirumahkan dari studinya di London dirumahkan karena pademi covid-19.
Tibanya di Indonesia, kakak dari Dul Jaelani ini langsung menetap di rumah ibundanya, Maia Estianty.
Setelah pulang, El Rumi mengaku mendapat maklumat dari sang ayah, Ahmad Dhani, seputar pandemi corona.
Dalam maklumat itu, El diminta Ahmad Dhani untuk memilih rumah mana yang akan ia tempati usai pulang dari London.
Apakah rumah Ahmad Dhani atau Maia Estianty? Ahmad Dhani juga berharap agar El tidak keluar rumah dulu.
"Semenjak gue pulang ke Indonesia, gue berada di rumah bunda dan ada maklumat juga dari ayah, katanya kalau sudah di Indonesia, kalau sudah ke rumah bunda, jangan ke rumah ayah dulu selama 14 hari," kata El Rumi dalam vlog-nya berjudul 'ELVLOG27-DiRumahnya BUNDA aja bareng DUL' yang dikutip Kompas.com, Minggu (5/4/2020).
Tidak hanya itu, El Rumi berujar bahwa Ahmad Dhani meminta dia untuk mengarantina diri selama 14 hari, mengingat situasi pandemi covid-19 yang tengah mengkhawatirkan.