Advertorial
Intisari-Online.com - Tes cepat atau rapid test merupakan pengujian untuk mendeteksi antibodi di dalam tubuh.
Spesimen yang digunakan adalah darah dalam proses pengetesannya.
Sudah ada sejumlah pemerintah daerah yang merilis skenario rapid test di wilayahnya.
Sementara Jakarta Selatan menjadi lokasi yang pertama kali melangsungkan tes cepat tersebut.
Beberapa waktu lalu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengungkapkan rencananya untuk melakukan tes secara massal.
Sejatinya keefektivitasan rapid test ini juga masih membutuhkan banyak perhitungan dan data.
Hal ini diungkapkan Direktur Mendis Diagnos Rumah Sakit Bunda, dr Dennis Jacobus.
Dennis menjelaskan bahwa sebenarnya metode tes cepat ini sama halnya dengan alat kesehatan lainnya.
Jadi memang membutuhkan uji mendalam kepada data-data yang sudah dikumpulkan untuk menilai efektif tidaknya.
"Jadi rapid test ini sama seperti alat kesehatan pada umumnya, yakni memiliki banyak faktor untuk menentukan akurasinya."
"Nah dari itu kita bisa lihat dari hasil penelitian yang kita lakukan evaluasi atau uji validasi berikutnya untuk menentukan tingkat akurasi rapid test tersebut," jelas Dennis pada tayangan INews (24/3/2020).
"Nah untuk saat ini mungkin kita masih butuh data lebih banyak lagi sampai kita bisa bilang seberapa besar tingkat akurasi dari rapid test," tambahnya.
Namun Dennis menyadari bahwa cara ini merupakan alternatif untuk mendeteksi Covid-19.
Memang sampai saat ini metode paling akurat untuk menentukan terjangkit tidaknya pasien terhadap virus corona adalah melalui uji swap PCR.
Baca Juga: Hadapi Corona: Ini 10 Cara Sederhana dan Alami untuk Tingkatkan Sistem Kekebalan Tubuh
"Tentunya idealnya menggunakan metode swap yang kita lakukan PCR, tetapi pada kondisi ini keterbatasannya sehingga kita bisa memanfaatkan pemeriksaan rapid test ini dengan pengawasan dan alur yang kita supervisi terus," ungkap Dennis.
Saat disinggung terkait orang dengan hasil positif pada rapid test, Dennis mengatakan harus diuji PCR lebih lanjut.
"Sampai saat ini WHO dan dari bukti-bukti yang ada memang bilang kalau PCR masih merupakan method of reference saat ini untuk mendiagnosa Covid-19 positif atau tidak."
"Baiknya apabila didapati hasil rapid test yang reaktif atau positif itu sebaiknya dilanjutkan ke metode PCR," jelasnya.
Baca Juga: Diperingatkan Hingga 'Ribuan Kali', Mengapa Bung Karno Begitu Nekat untuk Nikahi Naoko Nemoto?
Indonesia Datangkan Alat Rapid Test dari China
Pada Senin (23/3/2020) juru bicara penanganan virus corona, Achmad Yurianto mengatakan ada 125.000 alat rapid test atau pemeriksaan cepat di Indonesia.
Ke-125.000 alat ini akan sudah disebarkan ke sejumlah wilayah Indonesia oleh pemerintah sejak Senin lalu.
Sebelumnya, alat deteksi cepat itu didatangkan dari China.
"Sekarang sudah ada 2.000, besok sudah diklik hari ini, paling besok diantar 2.000 lagi. Jadi (total) 4.000 (unit)," ujar Yuri di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (20/3/2020).
"Yang dari China itu 100.000, tetapi kita tetap akan membeli sejuta (unit)," dikutip Kompas.com.
Sampai saat ini Selasa (24/3/2020) sudah ada sejumlah daerah yang merilis aturan tes cepat atau rapid test ini.
Sejak sehari yang lalu, pemerintah telah mendirikan tenda-tenda khusus lokasi tes Covid-19 ini.
AN salah satu warga yang menjalani rapid test ini mengaku sejak pagi tempat ini sudah dipenuhi orang.
“Kemarin 90 orang, eh sekarang sudah ditambahin jadi 200," kata AN pada Selasa (24/3/2020).
Ternyata pihak rumah sakit membatasi orang-orang yang ingin melakukan rapid test ini.
Hasilnya diperkirakan akan langsung keluar hari itu juga.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Rapid Test untuk Deteksi Awal Covid-19 Sudah Dilakukan di Indonesia, Seberapa Efektifkan Metode Ini?