Advertorial

'Jangan Bersikap, Saya Masih Muda, Saya Kebal,'Ingat! Orang Berusia Muda Juga Punya Risiko Fatal Akibat Virus Corona

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Intisari-Online.com - Virus corona baru memang jauh lebih mematikan pada orang tua.

Tapi, lebih banyak kasus pada orang berusia muda yang sehat mengalami sakit kritis akibat Covid-19.

Di Amerika Serikat (AS), sekitar 40% pasien virus corona yang memerlukan rawat inap berada di rentang usia 20-54 tahun, mengacu laporan terbaru Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

Makin banyak kisah tragis dari orang berusia muda yang kemudian sakit parah dan sekarat karena virus corona.

Baca Juga: Sempat Jatuh Sakit Setelah Tangani Pasien Corona Sampai Jam 3 Dini Hari, Dokter Handoko Gunawan Berikan Pesan Untuk Para Medis Agar Tak Terinfeksi

Dua perawat berusia 29 tahun sakit parah di Wuhan dan hanya satu yang selamat, menurut laporan The New York Times.

Cerita lain muncul tentang orang-orang berusia di bawah 50 tahun dengan gejala serius hingga ramai jadi perbincangan di media sosial.

Seiring itu timbul juga pertanyaan, apakah orang berusia muda yang sehat harus lebih peduli dengan virus corona?

Ada alasan bagi orang di setiap kelompok usia untuk berhati-hati, kata pakar kesehatan, namun bukan karena pemahaman tentang siapa yang paling rentan terhadap virus corona sudah berubah.

Baca Juga: Hadapi Corona: Ini 10 Cara Sederhana dan Alami untuk Tingkatkan Sistem Kekebalan Tubuh

Hanya lantaran orangtua lebih mungkin mengalami penyakit Covid-19 yang parah atau lebih berisiko meninggal dunia, tidak berarti orang yang lebih muda terbebas dari ancaman itu.

Memang, sedikit jumlah dari kasus virus corona terparah di kalangan orang berusia muda masih belum membuktikan data yang menunjukkan, manula adalah yang paling rentan.

Baca Juga: Diperingatkan Hingga 'Ribuan Kali', Mengapa Bung Karno Begitu Nekat untuk Nikahi Naoko Nemoto?

Tapi, data CDC menyoroti kaum muda tidak kebal terhadap sakit parah akibat virus corona, dengan 38% pasien yang menjalani perawatan di rumahsakit berusia antara 20 dan 54 tahun.

Cuma, data itu mungkin tidak sepenuhnya mewakili apa yang terjadi di AS.

Laporan CDC menganalisis 2.500 kasus pertama virus corona di AS.

Baca Juga: Tolak Cinta Soekarno dan Enggan Dipoligami, Inilah Sosok Gusti Noeroel, Seorang Putri Bangsawan yang Luar Biasa

Dan, gelombang kasus pertama bisa menjadi yang terparah karena pengujian sangat terbatas di negeri uak Sam untuk beberapa waktu.

Pasien yang memiliki gejala paling menonjol adalah mereka yang dites terlebih dahulu, maka bisa saja orang dengan gejala lebih rendah tidak menjadi perhatian.

Tetapi, data itu mengonfirmasi apa yang telah CDC pelajari dari negara lain.

Yakni, risiko kematian akibat Covid-19 meningkat drastis seiring bertambahnya usia, dengan 80% kematian pada orang di atas 65 tahun.

Baca Juga: Hasil Tes SKD CPNS 2019 Sudah Diumumkan, Tapi Tes SKB Ditunda, 'Jadwal Tergantung Wabah Virus Corona'

Di AS, kemungkinan akan ada lebih banyak orang berusia muda yang mengalami sakit lebih parah selama beberapa minggu ke depan, karena pandemi virus corona masih terus berkembang.

Hari demi hari akan berlalu sebelum seseorang mulai merasakan gejala Covid-19.

Jadi, para ahli mengantisipasi lonjakan jumlah kasus di AS, karena mereka yang berada dalam masa inkubasi mulai merasa kesakitan dan lebih banyak orang dites untuk virus corona.

Baca Juga: Tingkat Kematian di Indonesia akibat Corona Kedua Tertinggi di Dunia Setelah Italia, Indonesia Alami Under Diagnosis?

"Saya pikir, ini hampir merupakan masalah matematika dalam beberapa hal," kata Benjamin Singer, asisten profesor kedokteran paru-paru dan perawatan kritis di Northwestern University Feinberg School of Medicine.

"Bahkan, dengan kemungkinan lebih rendah dari orang berusia muda untuk sakit kritis, beberapa orang akan mengalami sakit kritis, kasus-kasus ini bermunculan lagi dan lagi," imbuh dia kepada New York Times.

Kondisi kesehatan yang buruk juga bisa membuat mereka yang berusia lebih muda rentan terhadap kasus virus corona yang parah.

"Saat kami menemukan kasus parah atau kematian pada orang muda, kami tidak benar-benar memiliki informasi lengkap tentang pasien seperti ini." ujar Lee Riley, Kepala Divisi Penyakit Menular dan Vaksinologi University of California, Berkeley.

Baca Juga: Tahapan Gejala Penderita Gejala Corona Covid-19 Setiap Hari, Hari Pertama seperti Masuk Angin, ke-9 Mulai Sesak Napas

Ada kemungkinan, sebagian orang berusia muda memiliki kondisi medis yang tidak diketahui.

Kondisi kronis yang bisa memengaruhi orang muda seperti diabetes, membuat mereka lebih sulit untuk pulih dari penyakit.

"Bahkan, orang berusia lebih muda yang merasa sehat perlu menangani pandemi secara serius karena mereka dapat menyebarkan virus bahkan tanpa gejala apa pun," sebut Anthony Fauci, Kepala National Institute of Allergy and Infectious Diseases.

"Jangan bersikap, saya masih muda, saya kebal," tegas Fauci dalam konferensi pers seperti dilansir New York Times.

Baca Juga: Social Distancing Jadi 'Medan' Menantang Bagi Ekstrovert, Berikut 5 Tips Jalani Social Distancing untuk Pemilik Tipe Kepribadian Ini

"Kita tidak ingin membahayakan orang yang kita cintai, terutama mereka yang sudah lanjut usia dan mereka yang memiliki kondisi membahayakan," imbuh dia.

"Kami tidak dapat melakukan ini tanpa orang-orang muda yang mau bekerja sama. Tolong bekerjasama dengan kami".

Penulis: Gading Perkasa

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bukan Hanya Lansia, Orang Usia Muda Juga Berisiko Kritis karena Corona"

Artikel Terkait