Advertorial

Unggulkan Rapid Test Karena Hasilnya Keluar Kurang dari 5 Menit, Produsen Asal China ini Malah Menyebut Alat Uji Tidak Akurat

May N

Editor

Intisari-online.com -Melansir Kontan.co.id sebuah perusahaan farmasi dan diagnostik asal China telah memperingatkan bahwa pemakaian alat tes baru yang menjanjikan bisa mendeteksi virus corona hanya dalam beberapa menit mungkin tidak seakurat kit konvensional.

Hal ini bisa menjadi sebuah kemunduran bagi sejumlah negara yang ingin dengan cepat menguji kasus corona bagi warga mereka.

"Pengujian cepat semacam itu tidak seakurat tes asam nukleat tradisional yang membutuhkan waktu sekitar dua jam untuk menghasilkan hasilnya," kata Wu Yifang, CEO Shanghai Fosun Pharmaceutical Group Co. seperti dikutip South China Morning Post.

Produsen obat ini juga memang memiliki teknologi pengujian cepat, tapi Wu bilang pihaknya sedang berupaya membuat hasilnya lebih akurat.

Baca Juga: Seorang Mahasiswa di Malang Tidak Tahu Dirinya Pasien Positif Corona, Dirawat di Rumah Sakit hingga Sembuh, Begini Ceritanya 'Mimpi Buruk' Itu Terungkap

Abbott Laboratories meluncurkan tes coronavirus pada 28 Maret lalu yang dapat mengkonfirmasi apakah seseorang terinfeksi corona hanya dalam lima menit.

Sementara Shenzhen Bioeasy Biotechnology telah memasok versi kit pengujian cepatnya ke Uni Eropa bahkan sebelum mendapatkan persetujuan regulator di China untuk penggunaan domestik

Kit diagnostik yang lebih cepat dan mudah digunakan tampaknya menghemat waktu dan sumber daya bagi negara-negara yang berada di bawah tekanan untuk memperluas upaya pengujian mereka.

Di sisi lain upaya meredam penyebaran virus corona juga terus dilakukan berbagai negara. Thailand misalnya akan memberlakukan jam malam mulai Jumat untuk mencoba menghentikan penyebaran virus corona.

Baca Juga: Positif Corona, Pria Ini Ludahi Orang Saat di Stasiun Lalu Ditemukan Tewas di Dalam Kereta, Petugas Langsung Evakuasi Penumpang Lainnya

Jam malam yang diberlakukan mulai jam 10 malam hingga 4 pagi ini adalah langkah terbaru pemerintah untuk membatasi pertemuan dan membuat sebanyak mungkin orang tinggal di rumahnya masing-masing.

Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha bilang pengecualian akan diberikan pada orang-orang yang mengangkut persediaan medis dan pekerja kesehatan yang bepergian ke dan dari tempat kerja.

"Kami memprioritaskan kesehatan daripada kebebasan," kata Prayuth.

"Kita mungkin tidak merasa senyaman sebelumnya, tetapi kita semua perlu beradaptasi untuk bertahan hidup dan memiliki tanggung jawab sosial, sehingga kita bisa melewati krisis ini," katanya.

Baca Juga: Yasonna Laoly Serukan Pembebasan Terpidana Kasus Korupsi Demi Mencegah Penyebaran Virus Corona di Lapas, Ini Dia Koruptor yang Berpeluang Bebas Mulai Setnov Sampai Patrialis Akbar

Sementara itu di Indonesia masih banyak pertanyaan mengenai rapid test, seperti cara kerjanya dan siapa yang boleh menjalaninya.

Dijelaskan oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, dalam konferensi pers daring #FKUIPeduliCovid19 pada Jumat (27/3/2020), rapid test diprioritaskan untuk orang dalam pemantauan (ODP).

Untuk diketahui, ODP merupakan orang-orang yang memiliki gejala virus corona ringan, seperti demam dan pilek, dan memiliki riwayat kontak dengan orang yang suspek atau sudah positif corona.

Cara kerja rapid test

Baca Juga: Intelijen Sebut Indonesia Akan Hadapi Puncak Pandemi Corona Pada Bulan Juli, Sanggupkah Indonesia Mengantisipasinya?

Di Jawa Barat, merek rapid test yang digunakan adalah Wondfo.

Sementara itu, di DKI Jakarta, merek rapid test yang digunakan adalah VivaDiag.

Baik Wondfo maupun VivaDiag menguji antibodi SARS-CoV-2, Immunoglobulin G (IgG) dan Immunoglobulin M (IgM), yang terdapat pada sampel darah.

Ketika sampel darah masuk, antibodi IgG dan/atau IgM yang terdapat dalam darah akan bereaksi dan menimbulkan warna pada rapid test.

Baca Juga: Paksa Bawa Pulang Pasien Positif Corona yang Juga Sakit Berat, Seorang PNS Membuat 6 Anggota Keluarganya yang Lain Harus Melewati Masa-masa Sulit

Metode ini disebut Lateral Flow Assay.

Akan tetapi, harus dicatat bahwa rapid test bisa menimbulkan hasil negatif palsu jika orang yang dites berada dalam window period infeksi.

Pasalnya, ketika masih belum bergejala (asimptomatik) atau masih dalam periode inkubasi, IgM atau IgG belum dapat dideteksi oleh rapid test.

Inilah alasannya, ujar Ari, ODP yang memiliki riwayat kontak harus menunggu dua minggu hingga gejalanya muncul sebelum dapat menjalani rapid test.

Baca Juga: Dokter Dicekik Kekasihnya hingga Tewas karena Diduga Tularkan Virus Corona, Padahal Hasil Tes di Luar Dugaan, Walikota: 'Itu Adalah Sebuah Tragedi'

Setelah masa inkubasi ini lewat, barulah pasien memasuki fase awal infeksi yang ditandai dengan hasil IgM yang positif dan IgG yang negatif.

Hal ini karena ketika ada infeksi di tubuh, maka yang naik terlebih dahulu adalah IgM.

Ketika tubuh mulai membaik, barulah IgG ikut naik. Lantas, ketika IgM dan IgG sama-sama positif, artinya pasien telah berada pada fase infeksi aktif.

Sementara itu, hasil IgM negatif dan IgG positif menunjukkan fase akhir infeksi atau adanya kemungkinan riwayat bahwa orang tersebut sudah pernah terinfeksi SARS-CoV-2 dan sembuh.

Baca Juga: Viral Tukang Urut di Balikpapan Tiba-tiba Ambruk di Jalan Sebelum Sampai Rumah Sakit, Tenaga Medis Dikerahkan, Beruntung Tidak Terkena Corona

(Shierine Wangsa Wibawa)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Rapid Test Corona, Cara Kerjanya dan Siapa yang Boleh Tes" dan Kontan.com dengan judulProdusen China: "Alat tes virus corona di bawah 5 menit kemungkinan tidak akurat"

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik disini

Artikel Terkait