Advertorial

Jangan Sembarangan Berjemur untuk Cegah Corona, Salah Melakukannya Bukan Virus yang Mati Namun Justru Melemahkan Sistem Imun

Tatik Ariyani

Editor

Intisari-Online.com -Di tengah merebahnya Corona, masyarakat mulai meningkatkan kesadaran untuk melakukan tindakan preventif, dengan meningkatkan sistem imun tubuh, menjaga kebersihan, juga berjemur di bawah sinar matahari.

Banyak informasi yang beredar di media sosial yang mengatakan bahwa sinar matahari mampu melindungi kita dari serangan virus corona Covid-19.

Masyarakat pun mulai mempraktikkan hal tersebut dengan mengajak anaknya untuk mandi sinar matahari mulai jam 10.00 pagi atau bahkan ada yang sampai berjemur di atas genting rumah mereka.

Namun, benarkah hal ini akan efektif dalam menghadapi corona?

Baca Juga: Hadapi Corona: Ini 15 Cara Muda untuk Meningkatkkan Sistem Kekebalan Secara Alami, Salah Satunya Pemakaian Kaldu Tulang

Sebelum terlalu jauh, kita perlu mengetahui terlebih dahulu informasi mengenai sinar matahari, yang ternyata bisa sangat merugikan kesehatan kita.

Misal, kornea mata rusak, mengalami katarak, kanker kulit, hingga immune system suppression.

Padahal saat ini kita perlu meningkatkan sistim imun.

Melansir dari AFP, sinar ultraviolet (UV) dapat digunakan pada intensitas yang sangat tinggi sebagai disinfektan (yang mampu membunuh kuman penyakit), penghasil UV harian - seperti matahari - yang hanya melepaskan sinar UV tingkat rendah.

Baca Juga: Dikabarkan Menikahi Gadis 7 Tahun, Rupanya Segini Jumlah Kekayaan Milik Syekh Puji, Pantas Saja Wanita Mana yang Tak Kepincut

“Ultraviolet dapat membunuh Covid-19 jika terkena sinar UV pekat dalam waktu dan jarak tertentu,” Dr. Pokrath Hansasuta, asisten profesor virologi di Departemen Mikrobiologi Universitas Chulalongkorn, menjelaskan kepada AFP melalui telepon pada 18 Maret 2020.

“Namun, tingkat paparan UV itu berbahaya bagi kulit manusia. Kemungkinan besar, itu (hanya) ada di bola lampu atau lampu karena UV alami dari matahari tidak cukup kuat untuk membunuhnya (virus corona)."

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan bahwa UV tidak boleh digunakan sebagai desinfektan untuk virus corona.

Baca Juga: Digembar-gemborkan Donald Trump Dapat Obati Pasien Virus Corona, BPOM AS Keluarkan Izin Terbatas 2 Obat Anti Malaria, Tapi…

"Lampu UV tidak boleh digunakan untuk mensterilkan tangan atau area kulit lainnya karena radiasi UV dapat menyebabkan iritasi kulit," kata WHO.

Keterangan lebih lanjut mengenai UV matahari diungkapkan oleh dokter Dr Handrawan Nadesul, dalam postingan di akun Facebook Pribadinya, ada 3 jenis ultraviolet (UV) yang diberikan matahari kepada alam: UVA, UVB dan UVC.

Untuk UVC lupakan, pasalnya sinar tersebut karena tidak menyentuh kita di bumi.

Jadi sinar matahari yang sampai ke bumi kita tercinta ini hanya UVA dan UVB.

Asal tahu saja, UVA dan UVB itu sejatinya sama-sama bisa berpengaruh buruk terhadap tubuh, khususnya kulit.

Akan tetapi di balik keburukannya, UVA dan UVB mempunyai manfaat bagi manusia.

Dengan catatan kita tahu ilmunya, alias tahu kapan dan bagaimana cara memanfatkannya.

Untuk diketahui, semua manusia butuh UVA dan UVB untuk pembentukan vitamin D, tulang dan otot, terapi penyakit kulit (psoriasis), dan meningkatkan sistem imun.

Baca Juga: Anda Harus Segera ke Dokter Bila Merasakan Tanda-tanda Ini, Bisa Jadi Terinfeksi Virus Corona, Simak Selengkapnya Berikut Ini

Sampai sini tentu kita sudah paham, kenapa sekarang di masa pandemi corona, banyak masyarakat berburu sinar matahari.

Tapi, kapan kita harus mulai berburu sinar matahari, supaya bisa kita manfaatkan untuk meningkatkan sistim imun, pembentukan vitamin D, untuk tulang dan otot, juga terapi bagi penderita psoriasis?

Mengenai hal itu, tentu kita ingat pesan orangtua zaman dahulu.

Berjemur sinar matahari pagi sebelum pukul 10.00 lah yang menyehatkan.

Tapi untuk saat ini yang kita kejar adalah manfaat UVB, daripada UVA.

Adapun UVA panjang gelombang melebihi UVB, yang menembus lapisan kulit dalam (dermis).

UVB hanya sampai lapisan atas epidermis, maka lebih kurang merusak kulit.

Namun, terpapar lama seperti yang ingin kulitnya lebih gelap (suntan), UVA maupun UVB sama-sama buruknya.

Sebab keduanya membuat kulit cepat menua, lekas keriput, dan risiko kanker kulit, pun bisa melemahkan sistem imun jika terpapar berlebihan (Immune system suppression).

Selain menembus kulit lebih dalam, karena kekuatannya ratusan kali lebih kuat dari UVB, UVA bisa menembus kaca.

Baca Juga: Penjara Terlalu Penuh, 30.000 Napi Akan Dibebaskan demi Cegah Penyebaran Virus Corona, Negara pun Hemat Rp260 Miliar

Nah, pengaruh UV terhadap tubuh ditentukan oleh beberapa faktor, index UV, musim apa, lokasi equator, mendung tidaknya, dan jam operasi mataharinya.

Makin di atas puncak langit matahari, makin kuat index UV-nya.

Makin kuat index UV makin perlu dikurangi waktu paparnya kalau tidak ingin merusak tubuh.

WHO menganjurkan kita cukup berjemur 5-15 menit; bagian tangan, lengan, dan wajah terpapar matahari pukul 10.00-15.00 (cerah, di equator).

Berejemurnya pun cukup seminggu 3 kali untuk memperoleh manfaatnya.

Kelebihan paparan matahari pada jam puncak tersebut, selain merusak kulit sebagaimana sudah disebut di atas, juga merusak kornea mata (keratoconjunctivitis), berisiko katarak, serta merusak DNA kulit, bisa memunculkan kanker kulit (melanoma).

Baca Juga: Penjara Terlalu Penuh, 30.000 Napi Akan Dibebaskan demi Cegah Penyebaran Virus Corona, Negara pun Hemat Rp260 Miliar

Oleh karena bibit penyakit termasuk virus terbunuh oleh UV dengan gelombang sekitar 250 nm (nanometer), maka UVB-lah yang tepat untuk dimanfaatkan membunuh virus.

Memang mengenai hal ini belum ada penelitian apakah UVB mampu membunuh virus baru Covid-19 ini.

Tapi, kita anggapan saja mampu sebagai tambahan manfaat berjemur.

Satu hal yang harus diingat, saat berjemur jangan lupa minum yang cukup, pakai kaca mata hitam, juga setelahnya kita cukupi kebutuhan gizi harian.

Tak bisa diabaikan, olahraga. Jadi alangkah baiknya lakukan berjemur UVB sambil berolahraga.

Selain itu, wajib cukup tidur setiap hari, dan jauhkan diri dari stres, pikiran negatif. Hal tersebut bisa melemahkan sistim imun tubuh.

Diakhir tulisannya, sang dokter yang dikenal sebagai penulis keseatan ini pun menuliskan;

"Vitamin D, yakni vitamin D3 (cholecalciferol) yang dibutuhkan tubuh yang meningkat, juga meningkatkan hormon serotonin otak. Serotonin bagian dari "Hormon Kebahagiaan" yang memberi kita merasa nikmati dalam memberi (apa saja). Maka matahari juga sumber suka cita kita.

Salam sehat

Dr HANDRAWAN NADESUL"

30 Maret 2020 (05.54)

Artikel Terkait