Advertorial

Ramalannya Terbukti Benar, Ternyata WHO Pernah Memprediksi Amerika Sebagai Pusat Virus Corona, Akhirnya Beginilah Kenyataanya Sekarang

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Kondisi Amerika saat ini sudah diramalkan WHO jauh sebelumnya, mereka menyebut Amerika bisa menjadi pusat pandemi di dunia.
Kondisi Amerika saat ini sudah diramalkan WHO jauh sebelumnya, mereka menyebut Amerika bisa menjadi pusat pandemi di dunia.

Intisari-online.com - Virus corona memang diketahui berasal dari China tepatnya di kota Wuhan.

Meski demikian, kini bukan China yang memegang rekor dengan kasus virus corona terbanyak di dunia, justru negara-negara seperti Italia, Spanyol, hingga AS memiiliki jumlah korban yang sama banyaknya dengan China.

Menulik Worldometers.info, Amerika Serikat memiliki jumlah korban terbanyak di dunia dengan 85.594.

Kasus lonjakan yang terjadi di Amerika ini membuatnya menjadi negara dengan korban virus corona terbanyak di dunia saat ini.

Baca Juga: Sempat Heboh Kalau Tisu Basah Digunakan Sebagai Alternatif Pencegah Virus Corona, Apakah Benar Efektif? Ini Penjelasannya!

Sementara itu negeri Paman Sam juga mencatatkan jumlah kematian mencapai 1.036 dengan angka kesembuhan 428.

Hal itu membuat negara adidaya sekelas Amerika sempoyongan, bahkan tersiar kabar beberapa waktu lalu, mereka meminta bantuan ke Korea Selatan.

Rupanya kondisi Amerika saat ini sudah diramalkan WHO jauh sebelumnya, mereka menyebut Amerika bisa menjadi pusat pandemi di dunia.

Hal itu terlihat dari cepatnya infeksi yang mewabah di negeri Paman Sam tersebut.

Baca Juga: Tak Punya Ongkos Kakek Ini Nekat Tempuh Perjalanan Pati-Semarang Dengan Sepeda Ontel, Setelah Istrinya Meninggal Dunia, Kisahnya Bikin Terenyuh

"Kami sekarang melihat percepatan, yang sangat besar di AS, jadi memang ada potensi untuk menjadi pusat Pandemi," Kata Margaret Harris juru bicara WHO sebelum situasi Amerika memburuk.

Hanya dalam waktu semalam, Amerika menyalip Italia dan China, kini AS berada di urutan pertama dengan jumlah korban virus corona terbanyak di dunia.

Bukan hanya kasusnya, tetapi jumlah kematiannya juga terus meningkat.

Namun, kabar baiknya jumlahnya belum sebanyak China dan Italia, sehingga AS masih bisa bernapas lega saat ini.

Secara total angka mortalitas AS adalah 1.195, sedangkan menurut World Meters adalah 1.300.

Lonjakan ini membuat pihak rumah sakit kewalahan, di New York penyumbangnya separuh lebih kasus virus corona di AS.

Baca Juga: Dokter Top UI Menyerukan Agar Jokowi Segera Lakukan Lockdown: 'Msih Terlihat Kepadatan di Beberapa Sarana Transportasi Publik'

Staf rumah sakit sampai putus asa menghadapi peningkatan tajam tersebut.

Demi menampung korban, New York Bellevue Hospital Centre menciptakan kamar mayat darurat meggunakan tenda pendingin.

Menurut CNN, staf rumah sakit yang kewalahan membagikan kisahnya melalui akun media sosialnya.

Dia mengatakan, "Aku belum tidur, pikiranku tidak mau berhenti. Aku menangis di kamar mandi saat istirahat, ketika aku melepas APD aku mendapati diriku yang berkeringat, menutupi lekukan wajahku."

"Aku menangis sepanjang malam, sepanjang perjalanan pulang," curhat perawat itu.

Perawat yang tak disebutkan namanya itu menggambarkan kondisi pasien corona yang selalu batuk, berkeringat, demam, dan memiliki ekspresi ketakutan di wajahnya.

Baca Juga: Diyakini Sebagai Pasien Nol, Orang Pertama di Dunia yang Terinfeksi Covid-19, Wanita Ini Mengaku Terinfeksi Corona dari Tempat Tak Terduga Ini

Dia juga mengaku prihatin dan sedih melihat keluarga pasien yang meninggal bahkan tak bisa dikunjungi.

Saat pasien virus corona teridentifikasi, semua kontak dengan keluarganya akan terputus, jika meninggal, dia juga akan dimakamkan dengan sangat tertutup, bahkan keluarganya tak bisa melihatnya.

Saat ini Amerika menjadi negara paling terpuruk dengan kasus virus corona di dunia, dengan lebih dari 85.000 orang terinfeksi menjadikannya negara dengan kasus terbanyak di dunia.

Artikel Terkait