Advertorial

Meski Tanpa Lockdown, Korea Selatan sebagai Salah Satu Negara Terinfeksi Paling Parah di Luar China Kini Berhasil Turunkan Kasus Covid-19, Ternyata Ini Kuncinya

Khaerunisa

Editor

Bagaimana kunci sukses Korea Selatan mencapai penurunan jumlah kasus tersebut cukup menimbulkan rasa penasaran
Bagaimana kunci sukses Korea Selatan mencapai penurunan jumlah kasus tersebut cukup menimbulkan rasa penasaran

Intisari-Online.com -Kasus virus corona di Korea Selatan sempat mengejutkan publik karena terjadi peningkatan yang begitu pesat.

Kemudian menjadikan Negeri Gingseng ini sebagai satu diantara negara-negara di luar China dengan kasus penyebaran virus corona terbesar di luar China.

Namun, negara yang banyak menjadi perhatian dunia, termasuk dari warga Indonesia, karena para idol-nya itu kini telah mampu menurunkan jumlah kasus, bahkan secara drastis pekan ini.

Bagaimana kunci sukses Korea Selatan mencapai penurunan jumlah kasus tersebut cukup menimbulkan rasa penasaran, pasalnya pemerintah negara tersebut tidak menerapkan lockdown seperti Italia dan China.

Baca Juga: Kini Indonesia Hadapi Virus Corona,Bagaimana Nasib Kelanjutan Tes SKB CPNS 2019?

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) mengatakan ada peningkatan 131 kasus dari Minggu (8/3/2020) ke Senin (9/3/2020).

Padahal, rata-rata "Negeri Ginseng" mencatatkan penambahan 500 kasus per hari.

Namun sejak Jumat pekan lalu turun jadi 438 kasus baru, kemudian 367 kasus baru pada Sabtu, dan 248 pada Minggu.

Dilansir dari South China Morning Post (SCMP), penurunan ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pengujian massal, komunikasi publik, dan penggunaan teknologi.

Baca Juga: Mandat Jokowi Hadapi Covid-19: Kerja, Belajar, Ibadah dari Rumah

Pengujian ekstensif juga telah selesai dilakukan terhadap anggota Gereja Shincheonji Yesus, yang dikaitkan dengan lebih dari 60 persen kasus di negara itu.

Para pejabat Korsel juga berbagi pengalaman mereka dalam mengatasi wabah tersebut, dengan mengatakan bahwa penutupan kota seperti yang dilakukan di Wuhan, sulit ditegakkan di masyarakat terbuka.

"Tanpa merusak prinsip masyarakat yang transparan dan terbuka, kami merekomendasikan sistem respons yang memadukan partisipasi publik sukarela dengan apilikasi kreatif teknologi canggih," kata Wakil Menteri Kesehatan Korsel, Kim Gang-lip dikutip dari SCMP.

Menurutnya, tindakan konvensional dan paksaan seperti penguncian daerah yang terkena dampak memiliki kelemahan, karena menggerogoti semangat demokrasi dan mengasingkan publik yang harus berperan aktif dalam upaya pencegahan.

"Partisipasi publik harus diamankan melalui keterbukaan dan transparansi," katanya.

Baca Juga: Tuliskan 'ISIS' dan Lakukan Pembakaran di Pos Polisi, Cara Seorang Pria di Singapura Ekspresikan Keresahannya Atas Hal Ini

Korsel sangat proaktif dalam memberikan informasi yang dibutuhkan warga negaranya agar tetap aman, termasuk briefing media dua kali sehari.

Ada juga peringatan darurat yang dikirimkan melalui ponsel ke mereka yang tinggal atau bekerja di distrik-distrik tempat kasus baru terkonfirmasi.

Rincian tentang riwayat perjalanan pasien yang dikonfirmasi juga tersedia di situs web kota.

Beberapa ada yang dijabarkan sampai ke tempat tinggal atau majikan pasien, yang dapat mempermudah mereka diidentifikasi secara individu.

Pentingnya menjaga kebersihan juga ditekankan.

Baca Juga: Berjiwa Sosial Tinggi, Cristiano Ronaldo Ubah Hotelnya Jadi Rumah Sakit untuk Virus Corona

Kesadaran masyarakat berpadu teknologi terbaru

Warga Korsel jarang meninggalkan rumah tanpa mengenakan masker, dan banyak bangunan memasang tulisan "Tanpa Masker, Dilarang Masuk". Pekerja restoran dan staf ritel pun memakai masker saat melayani pelanggan.

"Saya awalnya tidak suka memakai masker karena mencium bau napas saya sendiri. Tapi suatu ketika saya bersin-bersin di kereta, lalu penumpang lain mengerutkan kening dan menjauh dari saya."

"Pada saat itu saya memutuskan untuk mengikuti aturan dengan memakai masker," kata Min Gyeong-wook, seorang karyawan berusia 35 tahun.

Selain itu, negara pimpinan Moon Jae-in ini juga memiliki langkah-langkah kreatif.

Baca Juga: Barang-barang di Sekitar Kita Bisa Menjadi 'Sarang' Droplet Covid-19, Jangan Panik! Ini Lama Waktu Virus Corona Bisa Bertahan di Masing-masing Benda, Lebih Lama Mana?

Contohnya, membuat 50 stasiun tes virus corona drive-through di seluruh negeri. Di tempat ini, tes hanya memakan waktu 10 menit untuk menjalani semua prosedur.

Hasil tesnya keluar dalam hitungan jam. Baca juga: Anies Sebut Sebaran Virus Corona di Jakarta Meluas Tes Covid-19 sangat mahal di banyak negara, tetapi di Korsel semua tes gratis.

Korsel juga mampu memproses hingga 15.000 tes diagnostik sehari, dan jumlah keseluruhan tes telah mencapai hampir 200.000.

Kata pakar kesehatan, banyaknya pengujian ini membuat Korsel mampu mengidentifikasi pasien sejak dini, dan meminimalkan efek berbahaya.

Baca Juga: Beredar Teori Konspirasi China Salahkan Amerika Atas Krisis Virus Corona, Kini Terkuak Mengapa Pemerintah China Justru Perkuat Teori Tersebut, Alasannya Tidak Terkira

Di sisi lain, upaya ini juga membuat Korsel sempat punya jumlah kasus terkonfirmasi kedua terbesar di dunia setelah China, sebelum digeser Italia dan Iran.

Kemudian bagi WNA yang masuk, Korsel menerapkan "prosedur imigrasi khusus" untuk memantaunya selama dua minggu, tanpa harus melarang mereka memasuki negara dengan mata uang won ini.

Misalnya mereka yang datang dari China, termasuk Hong Kong dan Makau tetapi tidak termasuk Taiwan, diperiksa suhu tubuhnya.

Sementara itu informasi kontak domestik mereka diverifikasi dan diharuskan mengisi kuisioner kesehatan.

Baca Juga: Kabar Baik, Kini Indonesia Punya 10 Laboratorium Tambahan untuk Tes Virus Corona, Siapa yang Bisa Lakukan Tes Di Sana?

Mereka juga diminta untuk mengunduh aplikasi diagnosa diri di ponsel dan dikelola secara intensif jika menunjukkan gejala.

Teknologi IT mutakhir dan kamera pengintai di mana-mana pun ditempatkan oleh Korsel untuk melacak sumber infeksi.

Identifikasi kasus bisa dilacak dari transaksi kartu kredit dan ponsel, yang mana informasi ini bisa dipakai untuk menelusuri siapa saja yang melakukan kontak dengan pasien.

Mereka yang berisiko ditempatkan dalam isolasi dan dikelola secara menyeluruh berdasarkan idividu oleh otoritas kesehatan.

Baca Juga: Kisah Seorang Wanita Hamil Meninggal, Kejutkan Suami karena Ada Suara dari Kuburnya, Kenyataan Ini yang Didapat Keluarga Usai Bongkar Makam dan Bawa Jenazah ke Rumah Sakit

Jika ada kekurangan tempat tidur di rumah sakit, Korsel telah mengubah banyak pusat pelatihan kerja dan fasilitas publik lainnya menjadi "pusat perawatan".

Tempat itu digunakan sebagau karantina bagi pasien yang menunjukkan gejala ringan virus dengan nama resmi SAR-CoV-2 ini.

Belajar dari pengalaman

Profesor Kim Woo-joo dari Korea University College of Medicine mengatakan Korsel belajar dari pengalaman saat mengatasi keadaan darurat sebelumnya.

Contohnya pandemi influenza H1N1 2009 yang mengakibatkan 750.000 kasus dan 180 korban meninggal dunia, serta wabah Mers 2015 yang menginfeksi 186 orang dan menewaskan 39 pasien.

"Kesadaran publik tentang perlunya kebersihan individu seperti mencuci tangan dan mengenakan masker juga telah meningkat pesat, berkat pengalaman mereka dari wabah-wabah sebelumnya," terang Kim.

Tak hanya mendidik masyarakat, negara yang terkenal dengan film drama dan K-Pop ini turut melatih petugas kesehatan mengatasi wabah pandemi, terutama untuk tes infeksi, melacak, dan mengisolasi kontak.

Baca Juga: Peduli dengan Situasi Indonesia Akibat Virus Corona, WHO kirim Surat Ke Presiden Jokowi Meminta Untuk Lakukan Hal Ini, Begini Isi Lengkap Suratnya

Tetap ada ancaman

Upaya-upaya yang dilakukan Korsel telah terbukti menurunkan jumlah kasus baru infeksi dalam beberapa hari belakangan.

Namun, "Negeri Ginseng" tetap harus waspada adanya infeksi ulang atau massal. "Kita seharusnya tidak berpuas diri sama sekali," tegas Presiden Moon Jae-in.

Sementara itu KCDC mengingatkan infeksi massal bisa terjadi kapan pun. Kasusnya seperti 60 orang yang terinfeksi saat bekerja di call center perusahaan asuransi.

Mereka terinfeksi karena kerjanya berdekatan satu sama lain.

Kemudian Distrik Guro di Seoul pada Senin lalu mengatakan setidaknya ada 46 orang terinfeksi di call center perusahaan asuransi, karena karyawan bekerja di ruangan tertutup dan tidak boleh memakai masker agar bisa berbicara jelas di telepon.

Baca Juga: Sakit Ringan di Tengah Mewabahnya Virus Corona Seperti Sekarang Ini? Begini Langkah-langkah Isolasi Diri di Rumah, Yuk Simak!

"Skenario terbaik adalah virus itu mati pada akhir Maret... Skenario terburuk adalah virus menyebar secara luas di kota metropolitan Seoul dan sekitarnya di provinsi Gyeonggi," kata Kim Woo-joo.

Lalu Kim Dong-hyun selaku Presiden Asosiasi Epidemiologi Korea, mengatakan sulit untuk mencegah penyakit Covid-19 menyebar di masyarakat, karena dapat terjadi selama periode tanpa gejala.

"Negara-negara harus mengambil langkah-langkah pencegahan yang drastis, bahkan pada tahap awal wabah terjadi," katanya.

Baca Juga: Sejarah Mencatat Punahnya Dinosaurus, Tapi Buaya Nyatanya Jadi Makhluk Purba yang Bertahan dan Luput dari Kepunahan Massal, Apa Rahasianya?

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kasus Virus Corona di Korsel Bisa Turun Tanpa Lockdown, Ini Kuncinya

Artikel Terkait