Hidup mandiri membuat kerajinan bambu
Turiyan tinggal seorang diri di rumahnya. Saudaranya sudah memiliki keluarga dan rumah masing-masing.
Rumah yang ditempatinya adalah rumah keturunan keluarganya terdahulu.
Sehari-hari, Turiyan membuat tampah, alat tradisional dari anyaman bambu yang biasanya dibuat untuk membersihkan beras.
Hal itu dilakukan Turiyan di tengah keterbatasan fisiknya.
"Ada orang pesan dibuatin. Kalau tidak ada ya diam saja. Cuma nyapu-nyapu," kata dia.
Meski tinggal seorang diri, Turiyan bukan berarti menjalani hidup sepenuhnya seorang diri.
Saudaranya yang bernama Paingan (37) masih kerap merawatnya.
Rumah keduanya berdampingan sehingga masih bisa saling membantu.
Selama ini, kebutuhan untuk Turiyan dipenuhi oleh saudaranya itu.
Termasuk untuk kebutuhan hidupnya.
Tidak hanya itu, Paingan juga yang mengambilkan bambu untuk Turiyan supaya dibuat tampah jika ada orang yang memesan.
"Ini rumah orangtua. Dulu, di sini ada kakak saya. Makanya saya buat rumah sendiri."
"Dia (Turiyan) tinggal bersama kakak saya. Tapi kakak saya sudah tidak ada (meninggal)," kata Paingan.
"Kalau nyuci dan buat kopi, kakak saya ini bisa sendiri. Tapi kalau makan, istri saya yang masakin," imbuh dia.
Ketua RT 041 RW 007, Suwardi mengatakan, dirinya selalu berusaha supaya Turiyan mendapat perhatian dari pemerintah setempat.
"Dulu dapat BLT (bantuan langsung tunai). Yang membawa ke balai desa saya, saya gendong," ungkap dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Turiyan, Alami Lumpuh 47 Tahun, Gunakan Mobil-mobilan Pengganti Kursi Roda"
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR