Advertorial

Lolos dari Maut yang Merenggut 13.000 Jiwa dalam Kondisi Sangat Kelaparan, Inilah Wajah Mengerikan para Penyintas Perang Sipil di Amerika, Kamp untuk Tampung 10.000 Orang Diisi Empat Kali Lipatnya

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Intisari-Online.com - Dari 1861 hingga 1965, Amerika menunjukkan kepada dunia bagaimana kekuatan industri memenangkan peperangan.

Penghancuran artileri, senapan isi, jalur kereta api, yang digabungkan dengan basis industri yang kuat, menciptakan perang hancur-hancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Secara politik, Perang Sipil berhasil mengakhiri zaman perbudakan dan dominasi tunggal Amerika Utara.

Penting juga melihat bagaimana cara mereka berperang.

Baca Juga: Tanpa Disadari, Ternyata Ada Makhluk Berkaki Delapan Ini Hidup di Wajah Kita, Jumlahnya Mencapai Ribuan

Perang Saudara ini memperkenalkan kepada kita gagasan bahwa perang harus total.

Negara-negara bagian yang menganut sistem industrialias mengerahkan seluruh kemampuan ekonominya untuk mendukung perang ini.

Perang ini mengenalkan bagaimana parit punya peran penting dalam perang modern.

Selain itu, perang yang berlangsung selama empat tahun ini juga merupakan peperangan paling mengerikan.

Baca Juga: Di Tengah Wabah Corona dan Lesunya Ekonomi, China Tetap Mampu Cetak Miliarder Baru Tiga Kali Lebih Banyak dari AS

Bagaimana tidak, kematian, kelaparan dan penghancuran wilayah-wilayah perang merupakan hal yang setiap hari terjadi.

Foto-foto yang paling mengerikan terlihat jelas lewat dokumentasi yang diambil di Kamp Sumter, di Andersonville, Georgia.

Tempat ini merupakan penjara terbesar bagi ribuan tentara dalam kurun waktu Februari 1864 sampai April 1865.

Kamp Sumter dibangun dengan cepat setelah sistem pertukaran tahanan antara Uni dan Konfederasi jatuh pada tahun 1863.

Baca Juga: Berlayar 8 Jam di Laut Tapi Tak Melihat Air, Pelaut Ini Saksikan Kemunculan Batuan Raksasa Selebar 20.000 Kali Lapangan Sepak Bola

Sistem mogok karena Konfederasi menolak untuk memperlakukan tentara kulit hitam sama dengan tentara kulit putih.

Tahanan pertama kali dibawa ke kamp pada bulan Februari 1864 bahkan sebelum kamp itu selesai dibangun.

Baca Juga: Telinga Kemasukan Air? Begini Cara Mudah Mengeluarkannya!

Kamp Sumter, yang kemudian dikenal sebagai Andersonville ini dibangun untuk menampung 10.000 orang namun sering kali penuh sesak sampai empat kali lipat kapasitasnya.

Pada puncaknya pada bulan Agustus 1864, Kamp Sumter menampung lebih dari 33.000 di lahan terbuka seluas 26 hektar tanpa tempat berlindung atau pakaian untuk para narapidana.

Tahanan hanya memiliki pakaian yang mereka kenakan saat ditangkap.

Baca Juga: Cegah Kanker Hingga Kurangi Kolesterol dengan Rutin Minum Campuran Jus Lidah Buaya dan Bawang Putih, Begini Cara Membuatnya!

Dengan mengenakan seragam Union yang compang-camping, orang-orang dipaksa tidur di tenda sementara atau lubang digali di tanah.

Kondisinya sungguh sangat memperihatinkan, lantaran kamp ini juga memiliki persediaan makanan dan air yang tidak mencukupi dan dalam 12 bulan terakhir dalam Perang Sipil, 13.000 narapidana serikat meninggal di sana karena penyakit dan kelaparan.

Baca Juga: Kisah Tragis Seorang Astronot, Pesawatnya Alami Masalah Saat Akan Kembali, Astronot Ini Nekat Terjun ke Bumi Dari Ruang Angkasa, Begini Wujud Jasadnya Saat Ditemukan

Satu-satunya sumber air adalah sungai kecil yang membentang di halaman, namun sumber air ini juga tercemar oleh kotoran.

Akhirnya tepi sungai kecil terkikis dan mengubah sebagian besar kamp menjadi rawa.

Sekitar 56.000 tentara tewas di penjara selama Perang Saudara - yang menghasilkan sekitar 10 persen dari seluruh korban perang.

Baca Juga: Tanpa Disadari, Ternyata Ada Makhluk Berkaki Delapan Ini Hidup di Wajah Kita, Jumlahnya Mencapai Ribuan

Di penjara Alton di Illinois, lebih dari 1.500 Pemberontak meninggal dalam tahanan dari penyakit.

Tapi Kamp Sumter sejauh ini adalah yang paling fatal dengan hampir sepertiga dari 45.000 tentara Union yang meninggal hanya dalam 14 bulan.

Baca Juga: Pasien Suspect Virus Corona di Semarang Meninggal Karena Gangguan Napas Berat, Jenazah Dibungkus Plastik Sebelum Dikremasi

Artikel Terkait