Advertorial

Di Tengah Wabah Corona dan Lesunya Ekonomi, China Tetap Mampu Cetak Miliarder Baru Tiga Kali Lebih Banyak dari AS

Tatik Ariyani

Penulis

Kendati ekonominya lesu, China mampu mencetak jumlah miliarder baru tiga kali lebih banyak daripada Amerika Serikat (AS) pada tahun lalu.
Kendati ekonominya lesu, China mampu mencetak jumlah miliarder baru tiga kali lebih banyak daripada Amerika Serikat (AS) pada tahun lalu.

Intisari-Online.com -Hingga Kamis (27/2/2020) pagi, sebanyak 81.260 orang terkonfirmasi positif virus corona Covid-19.

Dari total tersebut, sebanyak 78.064 kasus terjadi di daratan China.

Korea Selatan menjadi negara di luar China dengan kasus positif virus corona terbanyak, yaitu 1.261 kasus.

Sementara itu, virus yang menyebabkan penyakit pernapasan ini telah menewaskan 2.770 orang.

Baca Juga: Cegah Kanker Hingga Kurangi Kolesterol dengan Rutin Minum Campuran Jus Lidah Buaya dan Bawang Putih, Begini Cara Membuatnya!

Tak hanya korban yang berjatuhan, ekonomi China pun mulai lesu dikarenakan wabah tersebut.

Kendati ekonominya lesu, China mampu mencetak jumlah miliarder baru tiga kali lebih banyak daripada Amerika Serikat (AS) pada tahun lalu.

Miliarder baru tersebut paling banyak memiliki kekayaan dari bisnis dalam obat-obatan dan hiburan online.

Bahkan saat wabah virus corona meletus, China tetap bisa menghasilkan miliarder baru lebih banyak.

Baca Juga: Virus Corona Bisa Sebabkan Hubungan Rusia-China Memburuk Jika Pihak Berwenang Rusia Tak Berhenti Tangkapi Warga China untuk Dikarantina Secara Paksa

Menurut Hurun Global Rich List 2020 yang dirilis Rabu (26/2), wilayah Greater China, termasuk Hong Kong dan Taiwan, menciptakan 182 miliarder baru di tahun ini hingga 31 Januari 2020, sehingga totalnya menjadi 799 miliarder.

Sementara AS hanya melahirkan 59 miliarder baru.

Seperti dikutip Reuters, Hurun Global dalam laporannya juga menyebutkan, wabah virus corona baru di China telah memukul negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut, mendorong nilai saham perusahaan China yang bergerak di bisnis pendidikan online, game online dan vaksinasi.

Baca Juga: Jadi Pembawa Virus Corona di Negara Ini Harus Siap Dilacak Oleh Polisi Mengenai Keberadaannya untuk Ditangkap dan Dikarantina Kapan Saja, Sampai Ada yang Berbohong dan Tuai Ancaman Mengerikan dari Pemerintah

Dengan sebagian besar China terjebak di rumah karena karantina dan pembatasan perjalanan, permintaan untuk layanan online telah melonjak, dan membuat kantong miliarder seperti Robin Li dari Baidu, pemilik platform video online populer iQiyi, makin tebal.

Harta pengusaha kesehatan yang berspesialisasi dalam vaksinasi juga meningkat, termasuk An Kang dari Hualan Biological Engineering dan Jiang Rensheng dari Zhifei Biological Products.

"Tiongkok saat ini memiliki lebih banyak miliarder daripada AS dan India," kata Rupert Hoogewerf, pendiri dan Ketua Hurun Report. Jumlah miliarder AS tercatat 629 orang dan 137 miiarder di India.

Diantara miliarder baru Tiongkok, nama Cheng Xianfeng, pemilik pembuat obat Yifan Xinfu Pharmaceutical dan Shen Ya, pemilik pengecer diskon online Vipshop, termasuk di dalamnya.

Pada tahun lalu hingga akhir Januari 2020, saham teknologi di China melonjak 77% dan saham perusahaan farmasi China naik 37%, mengalahkan kenaikan rata-rata 16% pada saham dunia.

"Sebuah ledakan dalam penilaian saham teknologi dan pasar saham yang kuat di seluruh AS, India dan China mendorong para miliarder mencapai rekor tinggi," kata Hoogewerf.

Baca Juga: 9 Manfaat Labu Siam untuk Kesehatan, Termasuk Bisa Meningkatkan Kontrol terhadap Faktor Risiko Hipertensi yang Satu Ini

Para taipan AS masih memimpin daftar orang terkaya dunia.

Pendiri Amazon.com Jeff Bezos mempertahankan posisi teratas orang terkaya dunia dengan kekayaan US$ 140 miliar.

Jack Ma, pendiri raksasa e-commerce Tiongkok, Alibaba Group menjadi miliarder terkaya China dengan harta US$ 45 miliar dan berada di urutan ke 21 orang terkaya dunia.

Khomarul Hidayat

Artikel ini telah tayang di Kontan.id dengan judul "China lahirkan miliarder baru tiga kali lebih banyak dari Amerika Serikat"

Artikel Terkait