Advertorial

Kini Virus Corona Lebih Banyak Menyebar di Luar China, WHO: China Mengubah Arah Penyebaran

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Intisari-Online.com - Kasus baru virus corona yang dilaporkan setiap hari di luar China angkanya lebih banyak daripada di China dalam beberapa hari terakhir.

Banyak negara juga melaporkan kasus virus corona pertama seperti Brasil, Yunani, Swiss, Austria dan Kroasia pada Rabu (26/2/2020).

Meskipun diduga pola penyebaran kasus virus corona tersebut banyak berasal dari Italia.

Namun kondisi tersebut tetap menjadi sorotan organisasi kesehatan dunia WHO.

Baca Juga: Mengerikan, Jutaan Belalang Ini Mewabah dan Buat Langit yang Biasanya Cerah Jadi Gelap Gulita, Panjang Satu Gerombolan Bisa Capai 60 Kilometer dan Mereka Merusak Tanaman

"Kemarin, jumlah kasus baru yang dilaporkan di luar China melebihi jumlah kasus baru di China untuk pertama kalinya," kata Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada para diplomat di Jenewa, Rabu (26/2/2020) seperti dikutip dari AFP.

Badan kesehatan PBB menyebutkan jumlah kasus baru di China sebanyak 411 pada hari Selasa dan kasus yang terdaftar di luar negeri berjumlah 427.

Pemerintah di seluruh dunia berjuang untuk mencegah penyebaran virus setelah lonjakan infeksi di Italia, Iran dan Korea Selatan.

Tedros mengatakan peningkatan mendadak kasus di negara-negara itu sangat memprihatinkan.

Baca Juga: Berlayar 8 Jam di Laut Tapi Tak Melihat Air, Pelaut Ini Saksikan Kemunculan Batuan Raksasa Selebar 20.000 Kali Lapangan Sepak Bola

Ia menambahkan bahwa tim WHO akan melakukan perjalanan ke Iran akhir pekan ini untuk mengevaluasi situasi.

Sementara jumlah kasus baru dan kematian berkurang di pusat penyakit di China, namun China tetap menjadi negara dengan kasus infeksi dan korban meninggal terbanyak sampai saat ini.

Baca Juga: Di Tengah Wabah Corona dan Lesunya Ekonomi, China Tetap Mampu Cetak Miliarder Baru Tiga Kali Lebih Banyak dari AS

Tedros mengatakan bahwa pada hari Rabu pagi, 78.190 kasus COVID-19 telah dilaporkan di China, termasuk 2.718 kematian.

Angka itu bisa dibandingkan dengan 2.790 kasus dan 44 kematian dilaporkan di 37 negara lain.

Namun WHO mengatakan epidemi di China memuncak dan mulai menurun sejak pada 2 Februari.

Baca Juga: Brutal, Wanita 71 Tahun dan Seorang Anak sampai Ditusuk Orang di Tengah Perebutan Cairan Pencegah Virus Corona yang Hanya Tersisa Satu Botol

Negara lain tidak siap

Bruce Aylward, yang mengepalai misi ahli yang didukung WHO ke China, memuji tindakan karantina dan penahanan drastis yang dilakukan Beijing.

"China mengubah arah penyebaran virus," katanya.

Namun dia juga mengatakan kepada wartawan di Jenewa bahwa negara-negara lain sama sekali tidak siap menghadapi wabah virus corona.

Dalam pidato hari Rabu, Tedros mengakui bahwa kenaikan kasus di luar China telah mendorong desakan agar pandemi diumumkan.

Baca Juga: Peneliti Terkejut Ketika Bongkar Jenazah Korban Virus Corona, Mereka Temukan Organ Dalamnya Kondisinya Mengerikan, Ternyata Bagian Ini 'Rusak' Setelah Terserang Virus Corona

Namun menurutnya dengan deklarasi semacam itu dapat memberi sinyal bahwa WHO tidak dapat lagi mengatasi penyebaran virus corona.

"Kita seharusnya tidak terlalu bersemangat untuk menyatakan pandemi.

Baca Juga: Mengerikan, Jutaan Belalang Ini Mewabah dan Buat Langit yang Biasanya Cerah Jadi Gelap Gulita, Panjang Satu Gerombolan Bisa Capai 60 Kilometer dan Mereka Merusak Tanaman

Kami berada dalam pertarungan yang bisa dimenangkan jika kami melakukan hal yang benar," kata Tedros.

Tetapi dia bersikeras bahwa WHO tidak akan ragu untuk menyatakan pandemi jika memang kondisi memburuk dan menjadi deskripsi akurat dari situasi tersebut.

"Saya tidak meremehkan kondisi saat ini, atau potensi ini menjadi pandemi, karena memiliki potensi itu," katanya.

"Semua negara, apakah mereka mempunyai kasus atau tidak, harus bersiap menghadapi potensi pandemi," ungkap Tedros.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Virus Corona Menyebar Cepat di Luar China, Ini Kata Dokter WHO"

Artikel Terkait