Advertorial
Intisari-online.com -Seminggu yang lalu, seorang wanita berumur 25 tahun telah terbunuh dan dikuliti.
Tidak hanya itu, ditengarai beberapa organ tubuhnya telah hilang.
Saat jenazah Ingrid Escamilla ditemukan, penduduk Meksiko sudah kehabisan kesabaran dan kemarahan mereka tidak dapat dihentikan lagi setelah media publikasikan foto tubuh Escamilla yang telah dimutilasi sebagai halaman depan sampul koran.
Frustrasi, bercampur rasa takut telah resapi jiwa-jiwa yang hidup di komunitas lingkungan Mexico City utara, tepatnya di Vallejo.
Vallejo juga merupakan tempat Escamilla dulunya hidup.
Frustrasi dan rasa takut ini berasal dari maraknya kekerasan melawan wanita yang marak terjadi di lingkungan tersebut.
Dilansir dari CNN dan BBC, warga lokal sudah menyebut hidup di Vallejo mulai sulit sebagaimana ancaman femisida mulai merebak.
Namun apa itu femisida?
Armando (59), seorang warga lokal Vallejo, Mexico City, menceritakan bagaimana kehidupan di Vallejo telah berubah.
"Aku lahir dan dibesarkan di sini dan sekarang kekerasannya jauh lebih tinggi dibanding dahulu. Ini menjadi terlalu kasar, dan para warga mulai takut."
Mereka takut sebab jumlah kasus pembunuhan wanita didasarkan atas jenis kelaminnya mulai merebak, dan itulah yang disebut Femisida.
Saat ini, mengutip BBC, telah lebih dari 700 kasus sedang diinvestigasi, tetapi aktivis sebut jumlah wanita yang dibunuh karena gender mereka jauh lebih tinggi.
Alejandro Gertz, pengacara umum Meksiko menyebut pada 2019 terdapat 1006 kasus femisida telah dilaporkan, meningkat dari tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 912 kasus.
Femisida telah meningkat menjadi 137% selama 5 tahun terakhir di Meksiko.
Atas hal ini, protestan telah penuhi jalan dengan sebagian besar pemrakarsanya adalah wanita, menuntut "jurnalisme bertanggung jawab" dan slogan seperti "tidak boleh ada pembunuhan lagi".
Mereka berkumpul di depan Istana Nasional, tempat Presiden Andres Manuel Lopez Obrador hidup dengan keluarganya.
Namun, disebut oleh salah seorang protestan, Alejandro Castillo, Presiden Obrador telah hindari isu ini terus-terusan.
"Ini bukan masalah pribadi melawannya. Kami hanya yakin dia punya tanggung jawab untuk melakukan beberapa hal dalam agendanya dan belum ia lakukan," ujar Castillo.
Demonstran melakukan long march melewati hujan lebat menuju kantro La Prensa, kantor media yang mempublikasikan gambar mengerikan jenazah Escamilla dengan tajuk 'Itu salah suaminya'.
Setidaknya satu mobil milik media dibakar, dan beberapa protestan terlibat kekerasan dengan satpam yang coba hentikan mereka memasuki kantor media.
Merespon kritik publik, La Prensa sebut mereka tetap yakin pada keputusan mereka tapi katakan akan membuka diskusi mengenai penyesuaian standar editorial untuk penuhi persyaratan hukum.
Awal bulan ini, warga Meksiko juga banjiri sosial media dengan foto pemandangan alam dengan tagar #IngridEscamilla untuk segera hilangkan fotonya dari sirkulasi online.
Pembunuhan Escamilla telah menjadi tonggak perdebatan publik mengenai femisida.
Aktivis mengkritisi fakta jika sebagian besar kasus tidak pernah diusut sampai tuntas dan hanya persentase kecil dari pelaku yang diadili.
Sementara itu dari BBC, Presiden Obrador menyebut media memanipulasi isu femisida, tetapi saat para protestan berkumpul di rumahnya hari Jumat 14/2/2020, ia mengatakan pada reporter dia tidak "sedang mengubur kepalanya dalam pasir
"Pemerintah yang kuwakili akan selalu menjamin keamanan wanita," tambahnya.
Kantor Pengacara Umum Mexico City juga sedang menginvestigasi siapa yang bocorkan foto jasad Escamilla ke media.
Sementara Claudia Sheinbaum, walikota Mexico City memposting di akun Twitternya jika jaksa penuntut akan menuntut vonis maksimal untuk terduga pelaku.
"Femisida tentu saja sebuah kejahatan tidak termaafkan," tulisnya di Twitter. "Mengerikan jika kebencian mencapai kasus ekstrim seperti Ingrid Escamilla."
Terlihat jelas, saat demonstran melakukan long march, sebuah ketakutan besar yang membuat beberapa keluarga menyaksikan dengan mata khawatir.
"Tidak ada yang aman lagi," ujar Nitzi Gonzalez (28). "Kami punya anak perempuan. Jika pembunuh tersebut bebas, apa yang terjadi?"