Advertorial
Intisari-Online.com – "Sejak belajar menari tango, saya jadi keranjingan layaknya jutaan penari tango di seluruh dunia. Bagaimana sebuah tarian bisa menjadi semacam candu?" ujar Peter Ripota, redaktur majalah PM yang biasanya mengurusi soal galaksi dan teori-teori baru tentang ruang angkasa.
Ya, tarian tango kini menjadi pujaan banyak orang di dunia. Padahal tarian ini mendapat banyak tentangan pada awalnya.
Tarian ini mula-mula muncul pada tahun 1890 di Rio de Plata, di Buenos Aires (Argentina), dan Montevideo (Uruguay). Dengan begitu penamaan "tango argentino" kurang tepat.
Diduga tango ditarikan oleh para imigran saat mereka kumpul-kumpul. Lokasinya bisa di halaman belakang barak-barak sewaan yang kumuh dan gelap, di jalanan kala berpesta, di sejumlah bar dan rumah bordil, atau di balai pemerintahan sembari menunggu.
Baca juga: Menakjubkan, Tarian Indah Si Burung Surga dari Belantara Papua Ini Benar-benar 'Membius'
Baca juga: Pijat Sensual: Sensasinya Bedaaaa!
Terutama di Buenos Aires, tarian ini merupakan cerminan kaum proletar di kota-kota besar. Itulah sebabnya ia tidak direken penguasa.
Awal 1907 tarian tango menggoyang Prancis dan membuatnya demam. Apa lacur, duta besar Argentina untuk Inggris berkomentar negatif.
“Tarian paling memuakkan dari rumah-rumah dan bar-bar kumuh. Tarian ini tidak pernah ditarikan di ruang-ruang tamu bergengsi atau di antara orang yang menghargai sopan santun."
Tarian ini dianggap tidak senonoh, karena penari wanitanya sering merentangkan kakinya ke samping sehingga memperlihatkan rok dalam dan stocking-nya. Kardinal Vikar dari Roma sampai berucap, "Tarian tak sopan dan kafir."
Baca juga: Panduan Pijat Sensual untuk Suami-istri
Tarian unik ini hampir punah seandainya tahun 1980-an pertunjukan-pertunjukan panggung tango tidak hidup kembali. Mula-mula dari Paris, tango akhimya kembali ke "rumahnya" di Argentina.
Kali ini menjadi urusan nasional karena tango menjaring banyak wisatawan, yang ujung-ujungnya meraup banyak devisa. Banyak penari tango asal Buenos Aires yang sukses membuat pertunjukan tango di Eropa, Amerika, dan Jepang.
Ada dua nama yang layak disebut jika bicara soal perkembangan tango. Yang pertama, Heinrich Band, pendiri pabrik harmonika segi enam di Krefeld, Jerman.
Harmonika yang diberi nama Bandonion ini menjadi jiwa tarian tango. Alat ini sedemikian sulit dimainkan, sehingga si musisi harus mengekang ritme cepat "milonga" - inilah cikal bakal tarian tango.
Baca juga:Tarian Cinta di Jalan Darwis yang Eksotik
Makanya, tarian para budak yang dibebaskan ini berubah dari tarian cepat dan riang menjadi "murung" dan penuh konsentrasi.
Nama kedua adalah Charles Romuald Gardes, kelahiran Toulouse, Prancis, pada 1890. Ketika berusia tiga tahun, ia hijrah ke Buenos Aires. Di sini bakat menyanyinya membuat ia populer. Namanya pun berubah menjadi Charles Gardel.
Dengan gaya bemyanyi untuk tarian tango disertai iringan gitar, ia membuat rumusan isi dan suasana hati tango yang bertahan hingga sekarang. Januari 1917 ia menyanyikan gubahannya Minoche triste (Malam yang Sedih) di Teatro Esmerada.
Sejak itu ia lepas landas menuju ketenaran. Kecelakaan pesawat terbang tahun 1935 membuat dirinya "mendarat" untuk selama-lamanya.
Namun sampai sekarang, di antara jari-jari tangan tugu peringatannya di pemakaman Chacarita, Buenos Aires, masih sering terselip sebatang rokok yang baru dinyalakan.
Lalu, dari mana asal kata tango itu sendiri?
Ada banyak versi soal ini. Semula diduga berasal dari bahasa Latin tangere (menyentuh). Namun kemudian ada yang menyatakan berasal dari bahasa Spanyol tambo yang keseleo menjadi tango.
Lainnya bilang dari tarian lango di Kongo serta tamgu atau tango yang artinya tempat tertutup. Eh, ada lagi yang menyodorkan shango (Tuhan dalam bahasa Nigeria).
Wah, daripada melongo mencari asal-usulnya, mending kita bettango. Yuk! (PM/Marina)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari Agustus 2004)