Advertorial

Indonesia Dilema Impor Bawang Karena Corona, Harusnya Petani Millenial Seperti Sosok Ini 'Didorong Lagi' Supaya Berhasil Produksi Bawang, Ini Kiprahnya

May N

Editor

Saat Indonesia kalut karena perihal impor bawang dari China yang terjangkit Corona, perlu para petani didorong lagi agar produksi optimal
Saat Indonesia kalut karena perihal impor bawang dari China yang terjangkit Corona, perlu para petani didorong lagi agar produksi optimal

Intisari-online.com -Deretan piagam penghargaan berjejer dalam rak di sebuah rumah di Kampung Cikawari RT 04 RW 11, Desa Mekarmanik, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung.

Piagam tersebut milik si empunya rumah, Ujang Margana (25).

Ia adalah petani milenial yang diundang Presiden Joko Widodo ke Istana pada 2018 karena dedikasinya di bidang pertanian.

Dilansir dari Kompas.com, Ujang menceritakan kiprahnya di bidang pertanian sambil menunjukkan hamparan luas tanah garapannya yang berada persis di depan rumahnya.

Baca Juga: Praktiknya Disidak Petugas Gabungan Dari Aparat Kejaksaan Sampai IDI, Ningsih Tinampi Tetap Cuek dan Nikmati Hasil Kerja, Rupanya Begini Kondisinya Setelah Disidak

“Itu tanah garapan saya dan kelompok tani saya, Tricipta. Luasnya 50 hektar (ha),” ujar Ujang sambil berjalan dengan sepatu botnya ke kebunnya, akhir Januari lalu.

Ujang menceritakan, sejak kecil dia sudah akrab dengan dunia pertanian karena orangtuanya kerap membawanya ke kebun.

Awalnya garap sepetak tanah ayahnya

Saat duduk di bangku SMA Guna Dharma, Ujang mencoba menggarap sepetak tanah ayahnya.

Baca Juga: Diduga Kena Tendangan di Ulu Hati, Siswa SMP Meninggal: Hati--hati,Tendangan di Ulu Hati Memang Bisa Sebabkan Kematian, Ini Alasannya

Ia mengurus dari awal pembibitan, penanaman, hingga panen.

Tak disangka, sang ayah menyerahkan semua hasil panennya sebesar Rp 35 juta kepada Ujang.

Untuk anak SMA seperti dirinya, jumlah tersebut tentunya sangat besar.

“Hasil Rp 35 juta itu untuk sekali tanam sekitar 70 hari,” imbuhnya.

Baca Juga: Hanya Dimanfaatkan Pasangan Memang Menyakitkan, Kenali Tanda-tanda Pasangan yang Hanya Memanfaatkan Anda, Jangan Sampai Anda Mengalaminya!

Melihat besarnya potensi pertanian, Ujang semakin tertarik dengan dunia tersebut.

Itulah alasan ia memilih perguruan tinggi yang dekat dengan rumahnya agar ia bisa menjalankan keduanya dengan baik.

Sebelum kuliah, ia mengecek kebunnya.

Saat pulang kuliah, ia pun akan menghabiskan waktu di kebun. Namun, ia tidak mengambil jurusan pertanian.

Baca Juga: Mengaku Langsung Tahu Keberadaan Virus Corona Sejak Terlibat Kontak dengan Pasien, Dokter Li Diancam Ini oleh Polisi, 'Saya Merasa Teraniaya'

Karena ingin merasakan pengalaman yang berbeda, ia mengambil Fakultas Sosial dan Politik Universitas Al-Ghifari Bandung.

Meski mengambil jurusan politik, ia sama sekali tak tertarik dengan bidang tersebut.

Ia tetap mencintai dunia pertanian.

Setelah lulus kuliah, ia semakin fokus di bidang pertanian.

Baca Juga: Peringatan untuk Anda: Suka Begadang dan Gunakan Earphone Selama Berjam-jam Selama Sebulan, Telinga Kiri Wanita Ini Tuli Mendadak

Ia mengajak petani di sana dan membentuk kelompok tani yang ia beri nama Tricipta.

Stabilitas harga

Hingga Mei 2016, tepatnya menjelang Idul Fitri, harga bawang merah di pasaran melonjak tinggi.

Dari biasanya Rp 20.000 menjadi Rp 40.000-Rp 50.000 per kg di Bandung.

Bahkan di Jakarta, harganya mencapai Rp 60.000-Rp 70.000 per kg.

Baca Juga: Ditemukan Merintih di Tengah Kebun Tomat, ABG Belia Ini Justru Alami Pemerkosaan dan Wajahnya Sampai Ditusuk, Petani Sempat Kejar Pelaku di Malam Hari

Saat itu, Ujang mengumpulkan kelompok taninya.

Ia berupaya meyakinkan mereka agar menjual di harga Rp 20.000 untuk menekan harga di pasaran.

“Saat itu kami punya 120 ton bawang merah.

"Kalau kami ikut harga pasar, kami akan untung besar, tapi kemudian bawang impor masuk,” tuturnya.

Baca Juga: Sebulan Hengkang dari Istana, Pangeran Harry dan Meghan Markle dapat Bayaran Pertama Rp7 Miliar dari Pekerjaan Ini

Itu artinya, keuntungan yang kami peroleh hanya bersifat sementara atau hanya satu musim tanam itu.

Sedangkan kerugian akibat bawang impor bisa kami rasakan lebih dari tiga kali musim tanam.

Setelah berhasil meyakinkan kelompok taninya, Ujang membawa 120 ton bawang merah tersebut ke Jakarta.

Ia membantu Kementerian Pertanian melakukan operasi pasar.

Baca Juga: Aksi Bocah Cilik Gagalkan Akal Bulus Penculik Sampai Viral, Rupanya Sampai Berani Pukul Orang Dewasa Dengan Batu dan Gigit Bagian Tubuh Ini!

“Saat itu keuntungan saya dan kelompok tani saya hanya Rp 4.000 per kg. Tapi alhamdulillah, harga bawang di pasaran bisa ditekan,” tuturnya.

Keberhasilannya menstabilkan harga bawang merah membuat Ujang dipanggil Presiden Joko Widodo ke Istana Negara.

Ujang mendapatkan penghargaan tingkat nasional sebagai pemuda tani teladan.

Sebelumnya, Ujang terpilih menjadi petani teladan tingkat kabupaten dan provinsi.

Baca Juga: Tercium Bau Daging Goreng dan Darah Berceceran, Pasangan Kejam Ini Tertangkap Basah Telah Pukuli Anjing yang Diadopsi hingga Mati, Bahkan Memasak dan Memakan Dagingnya

Terasering

Kini, sejumlah perubahan sedang ia siapkan, di antaranya menggunakan konsep terasering untuk kebunnya.

Terasering merupakan metode bercocok tanam dengan membuat teras-teras untuk mengurangi panjang lereng.

Terasering ini akan menahan air sehinga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan, serta memperbesar peluang penyerapan air oleh tanah.

“Kalau yang sekarang masih menggunakan konsep biasa.

Baca Juga: Aksi Bocah Cilik Gagalkan Akal Bulus Penculik Sampai Viral, Rupanya Sampai Berani Pukul Orang Dewasa Dengan Batu dan Gigit Bagian Tubuh Ini!

"Jadi kalau hujan, air dengan cepat mengalir ke bawah,” ungkapnya.

Kondisi ini menyumbang banjir yang kerap terjadi di Jalan AH Nasution, Kota Bandung.

Perubahan yang dilakukan kelompoknya diharapkan bisa mengatasi banjir.

“Pokoknya yang masuk kelompok tani Tricipta harus mengubahnya jadi terasering dan menjadi contoh,” tutur Ujang.

Baca Juga: Tercium Bau Daging Goreng dan Darah Berceceran, Pasangan Kejam Ini Tertangkap Basah Telah Pukuli Anjing yang Diadopsi hingga Mati, Bahkan Memasak dan Memakan Dagingnya

Selain itu, daerahnya menjadi bagian percontohan desa digital. Jadi, ketika ia bepergian, ia masih bisa memantau kebunnya dan menyiram pohon bawangnya lewat aplikasi di gadget.

(Reni Susanti)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Ujang, Petani Milenial yang Stabilkan Harga Bawang hingga Dipanggil Jokowi ke Istana"

Artikel Terkait