Beberapa hari berikutnya, Oberleutnant Lothar Siebert yang sangat antusias dengan Natter merelakan diri menerbangkan rudal itu.
Tapi ia gagal melontarkan diri dari ketinggian 1800 kaki ketika ada masalah pada bagian kokpitnya.
(Baca juga: (Foto) Detik-detik Dramatis saat Pesawat-pesawat Pengebom Ditembak Jatuh Musuh saat Perang Dunia II)
Seibert tewas ketika Natter yang dipilotinya jatuh menghujam dan meledak di tanah.
Kendati telah memakan korban jiwa dalam uji coba terbang, Bachem berhasil memproduksi sekitar 30 unit Natter.
Tapi hampir semua unit Natter itu belum sempat digunakan dalam perang karena Nazzi Jerman keburu lumpuh di tangan Sekutu.
Ketika pasukan AS dan Rusia berhasil menyita pesawat bermesin roket Me 163B dan Natter, mereka terkagum-kagum dengan teknologi peroketan Nazi yang sudah jauh lebih maju.
Natter bahkan dianggap sebagai senjata efektif di masa depan.
Natter bahkan menginspirasi munculnya rudal jarak jauh (balistik) yang kemudian menjadi ajang lomba senata paling mematikan antara AS dan Rusia—juga Korea Utara.
Para ahli peroketan AS dan Inggris juga memanfaatkan Natter rampasan Nazi untuk dikembangkan lebih jauh.
Rusia juga tak mau ketinggalan. Mereka bahkan memanfaatkan para tawanan Jerman yang ahli peroketan untuk dipaksa bergabung dalam program pesawat bermesin roket.
(Baca juga: Pria Ini Luncurkan Roket Untuk Buktikan Bumi Datar, Namun Roketnya Malah Meledak dan Ia pun Tersungkur ke Tanah)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR