Setelah Filipina berhasil direbut Sekutu, para pilot 582nd dan sejumlah pesawatnya ditarik ke Jepang dan bermarkas di Hyakurihara Air Base.
Tugas utama para pilot di Hyakurihara adalah menghadang pasukan Sekutu yang akan mendarat di Jepang.
(Baca juga: Sekarang Menyeramkan, Namun Dulu Gigi Hitam Merupakan Standar Kecantikan di Jepang)
Karena pertahanan terakhir pulau terluar Jepang adalah Okinawa, AL dan AD Jepang pun menyiapkan kekuatan yang dimiliki khususnya kamikaze guna melaksanakan serangan habis-habisan.
Sewaktu para petinggi di Hyakurihara Air Base akhirnya mengumumkan akan segera membentuk unit kamikaze terkait pasukan Sekutu yang mulai menggerakkan pasukannya ke Okinawa, Hamazono tidak terkejut.
Sebagai pilot tempur yang sudah berpengalaman di Rabaul, ia bahkan yakin dirinya akan segera dipanggil untuk bergabung dengan unit kamikaze dan itu berarti hidupnya tidak lama lagi akan berakhir.
Hamazono akhirnya memang dipanggil oleh Komandan skadron untuk menjadi pilot kamikaze. Namun untuk memenuhi kriteria tertentu, sejumlah calon pilot kamikaze ternyata harus menjalani tes terlebih dahulu.
Hamazono bersama 15 pilot lainnya kemudian menjalani tes kemampuan terbang pilot kamikaze, mulai dari tes fisik dan keterampilan menerbangkan pesawat tempur.
Dari semua pilot yang menjadi kandidat untuk melancarkan serangan kamikaze, ternyata hanya ada tiga pilot yang memiliki pengalaman terbang tempur di kepulauan Solomon (Battle of Solomon Island).
Namun karena sedang dalam kondisi kekurangan pilot dan pesawat, apapun dimanfaatkan oleh militer Jepang untuk melancarkan misi serangan kamikaze.
Kepastian bahwa dirinya menjadi pilot kamikaze membuat Hamazono yang semula telah maklum ternyata ciut nyalinya.
Pada dasarnya Hamazono yang pada saat itu berusia 21 tahun adalah orang yang mencintai kehidupan.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR