Advertorial
Intisari-online.com -Rina Nose kembali disindir netizen. Kali ini suaminya, Josscy Aartsen, disebut pengangguran.
"Suaminya ngitil rina terus, kayanya suaminya pengangguran deh, cowo jaman now, hobinya diempanin, baelah nu penting mah boga salaki," komentar akun @jusufperdana74.
Rina Nose menanggapi komentar warganet. Ia pun tak sungkan memberikan balasan menohok ke orang tersebut.
"Ga penting juga laki gw mao kerja atau nganggur! Kaga ngaruh juga buat gue! Toh gue udah punya semua! Ga pernah diempanin laki! Trus kalo ada laki yang beruntung dapetin gue, kenapa lu yang uring2an?? Pengen diempanin yaa? Cari aja cewek kaya raya yang mao nerima kelakuan nyinyir luu," katanya.
Rina Nose benar-benar dibuat geram oleh netter yang menyeret suaminya. Menurutnya, butuh pendidikan khusus buat anak zaman sekarang.
"Mungkin dimulai dari TK, SD, SMP, SMA, harusnya sekolah-sekolah itu punya mata pelajaran wajib PENDIDIKAN PERILAKU DAN KEPRIBADIAN deh.. atau PENDIDIKAN HATI NURANI DAN KEMANUSIAAN!" tuturnya lagi.
Rina Nose memang sudah biasa diserang netizen dengan kata-kata negatif. Ia juga tak bosan membalas mereka.
Namun meski begitu, seharusnya Rina Nose berhati-hati jika suaminya memang tidak bekerja atau menganggur.
Perceraian tak hanya disebabkan dengan ketidakcocokan saja, tetapi bisa juga karena sang suami yang di PHK.
Kok bisa ya? Kejam memang, tapi tampaknya kejadian ini memag sungguh terjadi.
Ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ohio State University, Amerika.
Penelitian yang dipimpin oleh Liana Sayer ini meneliti tentang hubungan status pekerjaan dengan kepuasan dalam pernikahan.
Penelitian ini menemukan bahwa ketika pria tidak memiliki pekerjaan atau dipecat dari pekerjaannya maka risiko perceraian akan semakin tinggi.
Penelitian dilakukan dengan metode pengumpulan data dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh National Survey of Families and Households pada tahun 1986-2003.
Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai 3600 pasangan di Amerika tentang kehidupan pernikahan mereka, hal apa yang terpenting dalam pernikahan, sejarah pekerjaan dan pendapatan mereka.
Ternyata hasilnya cukup mengejutkan, ada berbagai alasan penyebab perceraian rumah tangga dan yang terbesar adalah karena suami dipecat atau tak punya pekerjaan.
Menurut studi ini, 75 persen perempuan tidak mau menikah atau mempertahankan pernikahan dengan pria yang pengangguran.
Ada tekanan sosial dalam keluarga dan masyarakat yang cukup besar ketika suami sudah tak punya pekerjaan lagi dalam waktu yang lama. Apa alasannya?
1. Pengukur ketidakpuasan pernikahan
Menyatukan dua pikiran yang berbeda pastinya tak mudah.
Tak jarang perbedaan ini menjadi penyebab percekcokan rumah tangga. Jika tingkat ketidakpuasan pernikahan ini sangat besar maka risiko perceraian akan semakin tinggi.
Nah, konflik akan semakin meningkat ketika sang suami sudah dipecat dari pekerjaannya.
Berbagai alasan seperti tak mampu lagi menjamin kehidupan istri akan muncul ke permukaan.
Alih-alih kasihan, bisa jadi pemecatan suami dari kantornya menjadi puncak konflik dan alasan untuk bercerai.
Maka bisa dikatakan bahwa PHK hanya sebagai alasan untuk mengakhiri hubungan.
2. Menambah emosi negatif
Ketika dipecat, pria akan kesulitan menopang biaya hidup keluarga. Perlahan tapi pasti ketidakpastian kondisi hidup ini akan meningkatkan emosi negatif dari pasangan.
Ketegangan istri akibat status pengangguran suami akan meningkat dan bisa jadi menyebabkan perceraian. Emosi negatif ini juga hanya dialami si istri, tapi juga suami yang dipecat.
Emosi suami yang kehilangan pekerjaan dan punya tanggungan keluarga yang cukup banyak akan lebih tinggi dibanding biasanya.
Biasanya mereka akan lebih marah-marah, depresi, stres, suka mabuk-mabukan, bahkan melakukan kekerasan dalam rumah tangga.
Bila istri dan keluarga tak kuat dengan hal ini maka perpecahan keluarga akan terjadi.
3. Status sosial di masyarakat
Dalam masyarakat, pria adalah tulang punggung keluarga.
Ketika pria dipecat dan hanya istri yang bekerja maka hal ini akan mengganggu situasi norma sosial di masyarakat.
Posisi istri bekerja dan menjadi tulang punggung keluarga akan mengganggu status sosial dan gengsi pria di masyarakat.
Secara tak langsung hal ini akan mengganggu emosi pria.
Ketika menjadi tulang punggung keluarga,tak jarang perempuan akan merasa lebih dominan dan menghabiskan waktu lebih lama saat bekerja.
Hal ini akan membuat perempuan merasa bisa melakukan segalanya lebih baik dibanding pria.
Akibatnya, harga diri pria terluka dan berakhir dengan keributan rumah tangga dan perceraian.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Suami Tidak Bekerja Picu Perceraian"