Advertorial
Intisari-Online.com – Hidup itu sebuah anugerah, apa pun bila kita jalani dengan rasa syukur maka akan terasa ‘enteng’.
Dan ketika mendapatkan kejutan-kejutan dalam hidup kita, maka itu pun menjadi sebuah anugerah bagi kita.
Bahwa hidup itu penuh dengan kejutan, mungkin cocok bila digambarkan bagi kisah Nadya Tri Elvira dan Nabila Azzahra ini.
Mereka beruda adalah saudara kembar yang berusia 16 tahun.
Tapi, keduanya baru mengetahui hal tersebut Januari 2020. Bagaimana mungkin?
Nadya tinggal bersama orangtua angkatnya di Kemiri Muka, Depok.
Sedangkan Nabila tinggal bersama orangtua angkatnya di Gowa, Sulawesi Selatan.
Terpisah jarak sangat jauh, keduanya memiliki fisik, hobi, hingga ketakutan yang sama. Keduanya sama-sama fobia balon.
Sebelum masa lalu terungkap, mereka tak saling kenal. Pertemuan kembar Nadya dan Nabila sendiri dibantu oleh sosial media.
Pada 2018 lalu, kawan Nadya mengirim video padanya. Saat itu, temannya mengatakan ada seseorang yang sangat mirip dengannya.
Hal ini pun dianggap angin lalu oleh Nadya. Dia tidak mencari lebih jauh. Pikirnya saat itu, hanya kebetulan mirip.
Namun pada 2019, temannya kembali mengirimkan tautan video dari akun pribadi Nabila, @bileeuww.
Saat melihat profil tersebut, Nadya terkejut. Kali ini dia menyadari ada orang yang benar-benar mirip dengannya.
Seperti berkaca. Tak cuma fisik yang sama. Dia mengetahui bahwa Nabila juga takut balon.
Nabila suka mengunyah es batu, dan memiliki gaya foto yang mirip.
"Kesamaannya yang aku temuin mulai takut balon, suka es batu terus tinggi kita juga sama, dan dari gaya berfotonya juga sama," ujar Nadya saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin (12/1/2020).
Nadya juga menambahkan bahwa mereka memiliki suara tawa yang sama, tanggal lahir keduanya pun bersamaan yakni pada 13 Maret 2003 hingga berasal dari kota yang sama, Makassar, Sulawesi Selatan.
Fakta-fakta yang telah dikantonginya akhirnya membuat dirinya memberanikan diri untuk bertanya langsung ke Nabila lewat pesan pribadi sosial media.
Pesan pertama yang dikirim Nadya tak mendapat balasan dari Nabila. Nadya tak hilang akal.
Dia pun mengunggah utas di Twitternya untuk meminta bantuan agar dapat berkomunikasi bahkan bertemu dengan Nabila.
"Nah dari situ aku mulai tertarik untuk membuat thread yang pertama tanggal 5 Januari karena tujuan aku minta bantuan dari orang Twitter untuk bantuin karena aku DM belum dibalas," ujar Nadya.
Setelah membuat thread dengan kalimat awal "Twitter please do your magic" Nadya menuturkan dirinya mendapat respons yang tidak disangka-sangka oleh pengguna twitter lainnya.
"Iya karena belum digubris makanya aku buat thread dan viral orang-orang bantu chat Nabila dan akhirnya direspon DM aku pas tanggal 7 Januari malam-malam," ujar Nadya.
Lebih lanjut, setelah pesannya terbalaskan oleh Nabila, keduanya pun lantas bertukar nomor telepon dan melakukan video call untuk memastikan kesamaanya secara detail.
Usai berbincang langsung dengan Nabila, Nadya memberanikan diri bertanya pada keluarganya. Awalnya semua keluarga bungkam.
Semakin keluarga diam dan mengalihkan pembicaraan, Nadya justru makin penasaran.
Hingga akhirnya keluarga mengakui bahwa Nadya memang menemukan kembarannya. Bukan kembar dua, tapi tiga.
"Awal mula terpisah itu aku diceritain Mama, dahulu teman Mama dari Makassar telepon Mama. Ada 3 anak kembar mau dikasih ke Mama, tapi Mama aku tidak bisa ketiganya, karena sudah punya 4 anak," kata Nadya.
Akhirnya hanya Nadya yang diasuh ketika itu. Sementara dua bayi kembar lainnya diasuh oleh dua orang tua angkat berbeda.
Hingga berita ini diturunkan, Nadya dan Nabila ingin mencari kembarannya yang lain.
Kenapa kita juga merasakan haru?
Saat membaca kisah Nadya dan Nabila, mungkin ada perasaan haru dan bahagia yang ikut dirasakan.
Psikolog klinis dari Personal Growth, Linda Setiawati menjelaskan, hal ini adalah sesuatu yang normal dan dialami semua orang.
"Cerita pernikahan atau kelahiran seorang anak pun dapat membuat kita senang dan ikut membicarakannya. Apalagi untuk kisah kembar identik ini," kata Linda kepada Kompas.com, Selasa (14/1/2020).
Linda menerangkan, rasa haru saat membaca kisah Nadya dan Nabila muncul karena kebanyakan orang mempersepsikan kisah ini sebagai kejadian luar biasa dan belum tentu bisa kembali terulang kejadiannya.
"Karena kedua anak kembar ini bisa dipertemukan dengan cara yang tidak disangka-sangka oleh logika kita," jelas dia.
Cerita yang berhubungan dengan kebaikan yang terjadi dalam hidup, menyentuh sisi emosional kita sehingga kita dapat berempati dengan kejadian yang terjadi.
"Persepsi masyarakat melihat kisah tersebut sebagai kisah haru juga memberikan kita perasaan ‘hangat’ dan nyaman. Oleh karena itu banyak masyarakat yang tertarik dan ingin tahu tentang cerita tersebut," tutupnya.
Rasa haru dan ikut senang dengan apa yang dialami Nadya dan Nabila dikatakan Linda dapat dirasakan orang lain, terutama mereka yang memiliki kemampuan berempati lebih baik. (Gloria Setyvani Putri)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pertemuan Nadya Nabila, Kenapa Kisah Mereka Sukses Membuat Haru?"