Advertorial

Sempat Memanas, Ini Alasan Trump Menarik Diri dari Peluang Berperang dengan Iran

Mentari DP

Editor

Pasca-serangan itu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyatakan akan menuntut balas kematian Soleimani.
Pasca-serangan itu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyatakan akan menuntut balas kematian Soleimani.

Intisari-Online.com – Atas perintah Presiden Donald Trump, Amerika Serikat melancarkan serangan udara di Bandara Baghdad, Irak, pada pekan lalu.

Akibatnya membuat panas hubungan antara AS dan Iran.

Sebab, karena kejadian tersebut, Jenderal sekaligus pemimpin Pasukan al-Quds Iran Qasem Soleimani tewas.

Pasca-serangan itu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyatakan akan menuntut balas kematian Soleimani.

Baca Juga: Besok Akan Ada Gerhana Bulan, Benarkah Bisa Sebabkan Gelombang Tinggi? Ini Kata Ahli

Apa yang Ayatollah Ali Khamenei katakan benar terjadi.

Beberapa jam setelah pemakaman Soleimani pada Rabu (8/1/2020), Garda Revolusi Iran menghujani markas militer AS di Irak dengan puluhan rudal.

Menurut pemimpin Iran tersebut, serangan tersebut merupakan balasan dari kematian Soleimani dan mengancam akan melancarkan serangan lebih mematikan jika AS membalas.

Saling serang antara dua negara yang memiliki kekuatan militer yang baik ini membuat publik khawatir.

Kata World War III atau Perang Dunia ke 3 pun menjadi trending topic di media sosial Twitter. Apalagi tahun 2020 baru berjalan 10 hari.

Baca Juga: Jika Pangeran Harry dan Meghan Markle Benar Mundur dari Anggota Keluarga Kerajaan Inggris, Bagaimana Dengan Gelar Bangsawan Mereka?

Namun nampaknya kini warga dunia boleh tenang.

Sebab, merespons ancaman Iran ini, Presiden AS Donald Trump mengatakan, AS menarik diri dari peluang perang dengan Iran.

Hal itu dikatakannya dalam jumpa pers pada Rabu (8/1/2020) pagi di Gedung Putih seperti dilansir dari kompas.com pada Jumat (10/1/2020).

Menanggapi sikap Trump tersebut, Dosen Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Siti Mutiah Setiawati menilai, sikap itu diambil Trump karena ada risiko besar yang harus ditanggung jika AS melawan balik Iran.

Risikonya, perang regional yang tak akan pernah habisnya, seperti yang terjadi di Suriah.

Menurut Mutiah, AS juga memiliki pengalaman warga negaranya yang terancam di seluruh dunia.

"Sekali lagi AS itu punya pengalaman terancamnya warga negaranya di seluruh dunia.”

“Itu yg mereka takuti," kata Mutiah, yang biasa disapa Titik, kepada Kompas.com pada Kamis (9/1/2020).

Ancaman-ancaman terhadap warganya di berbagai belahan dunia, kata Titik, tidak bisa diduga oleh AS, meski negara itu memiliki peralatan militer canggih.

Oleh karena itu, setelah serangan AS yang menewaskan Qasem, Kedutaan AS di negara-negara Timur Tengah mengeluarkan peringatan kepada warganya untuk tidak keluar rumah jika tidak ada keperluan yang mendesak.

"Karena sel-sel kecil ini banyak.”

“Sekarang kalau tuduhan AS itu benar bahwa Iran mendukung Hezbollah, Hezbollah ada di mana-mana lho.”

“Ini yang mereka tidak bisa duga," kata Titik.

Ia menyebutkan, deklarasi Iran beberapa waktu lalu bahwa mereka tak lagi menaati kesepakatan nuklir 2015 juga menjadi ancaman serius bagi AS.

Dalam pernyataan resmi, Pemerintah Iran menegaskan tidak lagi menaati pembatasan kapasitas pengayaan uranium, taraf pengayaan, jumlah penyimpanan materi pengayaan, atau riset dan pengembangan.

"Jika ada yang berani melawan, potensinya sangat besar. Sekali pencet tombol, Israel langsung rata dengan tanah," kata dia.

Baca Juga: Netizen Geger Lihat Bocah 14 Tahun Nikahi Gadis 20 Tahun, Ini Kata Psikolog Terkait Fenomena Pernikahan Beda Usia

Israel sendiri merupakan sekutu terdekat AS di kawasan Timur Tengah.

Ancaman-ancaman itulah yang dinilai Mutiah melatarbelakangi keputusan Trump untuk menarik diri dari potensi perang dengan Iran.

Meski demikian, Mutiah menganggap potensi terjadinya Perang Dunia 3 yang selama ini mencuat setelah memanasnya hubungan Iran-AS, sangat kecil.

Sebelumnya, Iran disebut menembakkan 22 rudal ke markas pasukan AS di Irak, dan mengklaim telah menewaskan 80 orang Amerika.

Teheran melancarkan serangan di Pangkalan Udara Ain al-Assad dan markas di Irbil masing-masing pukul 01.45 dan 02.15 waktu setempat.

Sumber militer Irak mengungkapkan dua dari 17 rudal Iran yang menargetkan markas pasukan AS di Ain al-Assad tidak mencapai sasaran.

Sementara lima rudal yang diluncurkan ke Irbil menyasar markas koalisi internasional, dilansir Al Jazeera Rabu (8/1/2020).

Media Iran mengutip Garda Revolusi dikutip AFP memberitakan, sebanyak 80 orang Amerika tewas dalam serangan tersebut.

Tapi dalam konferensi pers, presiden berusia 73 tahun itu mengatakan, tidak ada pasukan AS yang terluka akibat hantaman rudal balistik di Ain al-Assad dan Irbil.

Hanya saja, dia mundur dari kemungkinan terjadinya perang dengan tak mengumumkan operasi balasan.

Dia kemudian menambahkan, konfrontasi kedua belah pihak bisa dicegah dengan kekuatan ekonomi dan militer yang dipunyai AS.

"Fakta bahwa kami mempunyai peralatan militer yang mumpuni, bukan berarti kami harus menggunakannya," ujar Trump.

(Ahmad Naufal Dzulfaroh)

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Di Balik Sikap Trump yang Akhirnya Pilih Menarik Diri dari Peluang Perang dengan Iran...")

Baca Juga: Habis ‘Bermesraan’ dengan Pacar, Tubuh Wanita Ini Digerogoti Bakteri Pemakan Daging Hingga Tewas, Keluarga Tuntut ke Jalur Hukum Karena Alasan Ini

Artikel Terkait