Lalu bergeser ke periode 1980-an, saat kapitalisme di pasar Amerika Serikat menjalin hubunagn mesra dengan para investor dari Arab Saudi.
Tidak ada satu pun perusahaan AS yang dimiliki publik dapat berdiri tanpa modal dari Arab Saudi. Sementara tingkat pasti investasi Saudi di pasar AS tidak diketahui, angkanya diperkirakan mencapai ratusan miliar dolar.
Kerja sama minyak dan investasi tersebut kemudian mulai menjadi jalan pintas eratnya hubungan antara dinas intelijen Amerika dan Saudi, yang membuahkan hasil selama perang Iran-Irak (1980–1988) serta selama pendudukan Soviet di Afghanistan (1979–1989).
Pada saat itu, Aran Saudi menyediakan dana yang cukup besar bagi Mujahidin, para pejuang agama dikerahkan sebagai pasukan gerilya untuk memerangi Soviet. Mujahidin kelak akan menelurkan Taliban dan Al Qaeda - sebuah fakta yang terlalu dilupakan oleh politik Washington.
Bahwa Arab Saudi mengekspor tidak hanya minyak bumi, tetapi juga teror Islam, pasti merupakan realisasi yang menyakitkan bagi Amerika pada 11 September 2001 - 15 dari 19 pembunuh berasal dari Arab Saudi. Konsekuensinya? Tidak ada.
Musuh bersama bernama Iran
Namun alasan lain dari keengganan Amerika Serikat untuk mengganggu segala kebijakan Arab Saudi adalah karena keduanya, juga Israel, memiliki musuh bebuyutan yang sama: Iran
Segitiga ini - atau mungkin bujur sangkar, jika Uni Emirat Arab dimasukkan - menganggap Republik Islam ini tidak lebih dari sebuah kerajaan kejahatan. Mereka semua bermimpi tentang perubahan rezim di Teheran, jika perlu dengan cara militer.
KOMENTAR