Advertorial
Intisari-Online.com – Pada bulan Maret 2019 lalu, Vice President Corporate DevelopmentPT Pertamina Lubricants, Mohamad Zuchri, menyampaikan bahwa jumlah sepeda motor di Indonesia mencapai ratusan juta unit.
"Angkanya sudah mencapai 137,7 juta.”
“Di2018 sendiri, ada penambahan sekitar 6,3 juta," ungkap Zuchridi Jakarta.
Sementara di sepanjang semester pertama (Januari-Juni) tahun 2019, mengutip data dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), penjualan sepeda motor naik 7,4 persen dibanding pencapaiannya tahun lalu.
Pada periode Januari-Juni 2019 sudah ada 3.226.619 unit sepeda motor baru yang dikirim ke diler, sedangkan tahun sebelumnya hanya 3.002.753 unit.
Maka dapat disebutkan peredaran motor baru lima kali lipat lebih banyak dibanding mobil.
Tingginya angka penjualan sepeda motor membuat kita bertanya, apakah semua orang mengerti cara merawat sepeda motor?
Contoh paling sederhana adalah, mengertikah mereka soal pelumas sepeda motor?
Sebab, ada kepercayaan yang melekat kuat di masyarakat ialah jangan berganti- ganti merek pelumas sepeda motor.
Karena hal tersebut dapat membuat kinerja mesin kurang optimal.
Tapi benarkah hal tersebut?
Faktanya, menurut Mia Krishna Anggraini, ex Coordinator Product Development Specialist Pertamina Lubricants, kepercayaan itu terbilang mitos.
Pasalnya, teknologi pada pelumas sebetulnya memiliki material relatif sama.
"Teknologi pelumas mesin motor sebenarnya didasarkan pada beberapa bahan baku aditif dan base oil yang secara kimia relatif bersahabat satu sama lain, sehingga kemungkinan ketidakcocokan sebenarnya relatif kecil," kata Mia kepada Kompas.com, belum lama ini.
Terlihat, setiap produsen motor hampir tidak pernah menyarankan penggunaan merek tertentu.
Karena saran yang diberikan lebih kepada spesifikasi oli, hal ini yang lebih penting dipatuhi oleh pemilik motor.
Misalnya produsen motor menganjurkan oli kadar SAE 10-40 maka hal itu yang diterapkan.
Jangan menggunakan spesifikasi berbeda seperti memakai kadar SAE 20-40 karena berpengaruh pada kinerja mesin.
Mia mengatakan, berbeda kasusnya dengan teknologi pelumas mesin-mesin industri yang berbasis bahan baku yang cukup variatif.
Sehingga jika ingin berganti merek baiknya juga melakukan pembilasan.
"Sehingga pembilasanatau flushing diperlukan untuk menghindari efek samping ketidakcocokan secara kimiawi," katanya. (Gilang Satria)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Mitos Dampak Sepeda Motor Sering Gonta-ganti Merek Oli")