Setelah berkonsultasi tentang efek dan efek samping imunoterapi, ia pun memantapkan diri menjalani jenis pengobatan ini.
Harapannya, sistem imunnya kembali kuat melawan kanker.
American Cancer Society menjelaskan, sistem imun tubuh berfungsi mendeteksi dan menghancurkan sel “asing” di dalam tubuh dengan mengerahkan sel T.
Sel T terdapat pada kelenjar getah bening, di mana sel T pada kelenjar getah bening bertindak sebagai filter zat-zat asing di dalam tubuh.
Imunoterapi kanker menggunakan sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker.
Melawan, dengan cara merangsang sistem kekebalan untuk bekerja lebih keras dan lebih pintar untuk menyerang sel kanker.
Imunoterapi juga memungkinkan sistem kekebalan tubuh untuk memberikan komponen pada sistem, seperti protein.
Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD-KHOM, M.Epid, FINASIM, FACP dari RS Cipto Mangunkusumo Jakarta menjelaskan, di Indonesia, jenis imunoterapi yang saat ini ada merupakan obat yang diberikan pada pasien.
Fungsinya, mengembalikan kemampuan sistem imun untuk mengenali dan menghancurkan sel kanker.
Pada kondisi normal, tubuh memiliki sistem pertahanan untuk menghancurkan sel kanker yang disebut dengan siklus imunitas kanker.
Baca Juga: Benarkah Probiotik Membuat Imunoterapi Pengobatan Kanker Kurang Efektif?
Kanker dapat menghindari serangan sistem imun, salah satunya karena unculnya inhibitor Programmed Death Ligand 1(PD-L1) yang mencegah pembentukan sel T dan penghancuran sel T.
Dalam kondisi normal, PD-L1 berperan penting untuk mempertahankan keseimbangan imun tubuh.
PD-L1 merupakan immune checkpoint yang menjadi “rem” respons imunitas saat berikatan dengan B7.1 dan PD-1.
Namun ketika terjadi ikatan PD-L1 dan PD-1 pada tumor microenvironment, sel T tidak dapat mengenali dan membunuh sel kanker.
Ini menghentikan proses pembentukan dan aktivasi sel T di kelenjar getah bening.
Maka, diciptakanlah obat imunoterapi ini, diinfuskan ke dalam tubuh orang untuk mengikat PD-L1 supaya sel T bisa diaktifkan
Jenis imunoterapi yang kini digunakan meliputi antibodi monoklonal, Immune Checkpoint Inhibitor (PD-L1, PD-1, CTLA-4 inhibitors), vaksin kanker, dan imunoterapi nonspesifik (interleukins, interferons).
“Hal ini membedakan imunoterapi dengan kemoterapi dan terapi target, yang bekerja dengan menyerang sel yang berkembang abnormal dan molekul biologis perangsang pertumbuhan sel kanker,” tutur Ikhwan.
Baca Juga: Gunakan Imunoterapi, Pasien Kanker Payudara Stadium Akhir Ini Sembuh dengan Sel Kekebalannya Sendiri
Penulis | : | Trisna Wulandari |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR