"Rambut tidak boleh diwarnai," katanya.
Banyak sekolah di Jepang mengontrol setiap aspek penampilan murid mereka, memaksa murid untuk mewarnai rambut cokelatnya menjadi hitam, atau tidak membiarkan murid mengenakan celana ketat atau mantel, bahkan dalam cuaca dingin.
Dalam beberapa kasus mereka bahkan memutuskan warna pakaian dalam murid.
Peraturan sekolah yang ketat diperkenalkan pada tahun 1970-an dan 1980-an sebagai respons terhadap kekerasan dan intimidasi.
Mereka cukup longgar pada 1990-an tetapi menjadi lebih parah baru-baru ini.
Peraturan ini dikenal sebagai "aturan sekolah hitam," yang mencerminkan istilah populer yang digunakan untuk menggambarkan perusahaan yang mengeksploitasi pekerja mereka.
Pada bulan Agustus, kelompok kampanye "Black kosoku o nakuso! Project" (Mari singkirkan peraturan sekolah hitam!), mengajukan petisi online ke kementerian pendidikan yang ditandatangani oleh lebih dari 60.000 orang, meminta penyelidikan atas peraturan sekolah yang tidak masuk akal.
Prefektur Osaka memerintahkan semua sekolah menengahnya untuk meninjau peraturan mereka, dengan sekitar 40% sekolah membuat perubahan.
Prof Uchida, pakar pendidikan di Universitas Nagoya, mengatakan kementerian pendidikan sekarang tampaknya menerima absensi bukan sebagai anomali, tetapi sebuah tren.
Dia melihat ini sebagai pengakuan diam-diam bahwa anak-anak futoko bukan masalah tetapi mereka bereaksi terhadap sistem pendidikan yang gagal memberikan lingkungan yang ramah.
Baca Juga: Untuk Penderita Asam Urat, Hindari 5 Jenis Makanan yang Bisa Picu Asam Urat Kambuh Berikut!
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR