Ramli mengatakan, Ujian Nasional turut berpartisipasi terhadap semakin menurunnya kemampuan anak-anak Indonesia.
Karena anak-anak bukan lagi belajar bagaimana mengembangkan kemampuannya sesuai dengan minat dan bakat, mengembangkan kemampuan daya nala, dan bukan pula bagaimana mereka mampu menguasai teori-teori dasar.
Akan tetapi, mereka melakukan segala macam cara untuk mendapatkan nilai tinggi di Ujian Nasional.
"Bimbingan-bimbingan belajar berjamuran untuk kebutuhan Ujian Nasional dan seleksi masuk PTN bukan untuk meningkatkan kemampuan siswa.”
“Tetapi hanya untuk membuat siswa-siswa kita mampu menjawab soal dengan benar, meskipun tidak paham maksud dari soal tersebut," jelas dia.
Sementara Ade Erlangga Masdiana mengatakan, alokasi anggaran yang sebelumnya digunakan untuk pelaksanaan UN, ke depannya akan digunakan untuk pengembangan infrastruktur sekolah.
Selain itu, anggaran juga bisa dialokasikan untuk meningkatkan kesejahteraan guru, serta peningkatan kompetensi atau pemberdayaan guru.
“Itu yang selama ini biaya ratusan miliar yang kemudian bisa kita alokasikan misalnya untuk pengembangan infrastruktur sekolah,” tutup Ade Erlangga Masdiana.
(Vendi Yhulia Susanto)
(Artikel ini telah tayang di nasional.kontan.co.id dengan judul "UN dihapus, anggaran dialokasikan untuk infrastruktur sekolah dan kesejahteraan guru")
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR