Advertorial
Intisari-Online.com -Kasus kematian babi di Sumatera Utara terus meningkat seiring waktu.
Data menunjukkan bahwa jumlah babi yang mati di 16 kabupaten di Sumut mencapai 27.070 ekor.
Merujuk pada data yang dihitung hingga 11 Desember tersebut, maka dalam satu hari, ratar-rata ada 1.000 - 2.000 ekor babi yang mati di Sumut.
Menurut Balai Veteriner Medan, hal ini disebabkan olehhog cholera, serta sebuah virus lain yang dianggap lebih berbahaya.
Sayangnya, meski dianggap sangat berbahaya, virus tersebut masih masih belum dinyatakan (di-declare)sebagai penyebab kematian ribuan babi di Sumut.
Keterlambatandeclare ini, menurutKepala Balai Veteriner Medan, Agustia bisa memiliki dampak negatif karena tim lapangan akan memiliki ruang gerak yang terbatas untuk mencegah penyebaran.
Padahal, beberapa negara seperti Korea Selatan, China, dan Filipina sudah menyatakan keberadaan virus tersebut sebagai ancaman serius.
Bahkan, khusus di Korea Selatan, negara ini sampai menyebut pemimpin negara tetangganya Kim Jong-Un tengah "menyembunyikan kiamat" karena menutup keberadaan virus tersebut di Korea Utara.
Lalu, apa sebenarnya virus yang dimaksud?
Sebelum mengulasnya, mari kita melihat negara mana saja men-declare keberadaan virus tersebut.
China
Sejak 3 Agustus 2018, Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan (MARA) China telah mengonfirmasi adanya virus ini.
Tercatat ada 158 kasus terdeteksi di 32 provinsi. Pemerintah kemudian memusnahkan 1.170.000 babi untuk menghentikan penyebaran virus ini.
Vietnam
Wabah virus ini telah menyerang negara penghasil beras terbesar di Asia Tenggara ini sejak 19 Februari 2019.
Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan (MARD) telah mengonfirmasi adanya kasus itu di 63 provinsi.
Akibatnya, lebih dari 5 juta babi telah dimusnahkan.
Kamboja
Di Kamboja, virus ini mulai terdeteksi sejak 2 April 2019 di Provinsi Ratanakiri.
Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Kamboja mengonfirmasi wabah ini telah terdeteksi di 5 provinsi lainnya.
Pemerintah Kamboja telah mengendalikan pergerakan babi dan daging babi di wilayah terdampak.
Filipina
Departemen Pertanian telah mengonfirmasi bahwa wabah ini pertama kali terdeteksi pada 25 Juli 2019.
Tercatat ada 11 kasus di provinsi di Pulau Luzon. Akibatnya, 15.000 babi telah dimusnahkan.
Korea Selatan
Kementerian Pertanian, Pangan dan Urusan Pedesaan Korea Selatan telah mengonfirmasi adanya virus ini sejak 17 September 2019.
Total sebanyak 7 kasus telah terjadi di Gyeonggi (4) dan Incheon City (3).
Akibatnya, lebih dari 10 ribu babi mati karena virus ini.
Untuk menanganinya, Pemerintah Korea Selatan telah menginstruksikan desinfeksi secara intensif di peternakan dan fasilitas lain terkait ternak.
'Kiamat' di Korea Utara
Nah, keberadaan babi-babi yang terjangkit penyakit di Korea Selatan ini ternyata muncul juga di Korea Utara.
Sayangnya, Korea Utara tidak pernah sekalipun men-declare keberadaannya.
Padahal, sebuah laporan resmi menunjukkan bahwa wabah mematikan pada babi yang mendatangkan malapetaka di seluruh Asia Timur telah 'melompat' ke negara Kim Jong Un, Korea Utara.
Sebelumnya, seorang pejabat Korea Selatan melaporkan temuan lima babi hutan ditemukan mati di dekat daerah perbatasan yang memisahkan kedua negara bulan ini.
Ini juga mengisyaratkan limpahan virus mematikan dari Korea Utara, di mana laporan tidak resmi menunjukkan penyakit ini menyebar di luar kendali.
Korea Selatan pun dikabarkan telah mengerahkan helikopter untuk mensterilkan wilayah perbatasan tersebut.
Virus demam babi Afrika (ASF) telah menyebar ke hampir semua wilayah Korea Utara.
Bahkan babi-babi di provinsi barat Pyongan Utara telah "dimusnahkan," kata Lee Hye-hoon, yang mengetuai Komite Intelijen Majelis Nasional, mengutip Badan Intelijen Nasional Korea Selatan.
Virus itu menewaskan 22 babi pada Mei di sebuah pertanian koperasi sekitar 260 kilometer utara Pyongyang, dekat perbatasan dengan China, kata kementerian pertanian Korea Utara dalam laporan 30 Mei kepada Organisasi Kesehatan Hewan Dunia, atau OIE.
Tetapi sejak itu, belum ada laporan tindak lanjut ke badan dokter hewan yang berbasis di Paris, dan sedikit liputan acara tersebut di media pemerintah.
Kondisi inilah yang membuat banyak pihak khawatir dengan kelangsungan hidup warga Korut.
Ditambah dengan kondisi kelaparan yang tengah melanda negara yang sangat tertutup dari dunia luar tersebut, keberadaan virus demam babi afrika dikhawatirkan akan menjadi "kiamat" bagi warga Korea Utara.
Sebagian artikel ini sudah tayang dikompas.com dengan judul "Ancaman Virus Demam Babi Afrika, Ini Daftar Negara Asia yang Sudah Terdampak".