Advertorial

Nasib Tragis Seorang Wanita Tengah Menstruasi Diasingkan Keluarga Karena Dianggap Najis, Akhirnya Meninggal Gara-gara Hal Tak Terduga Ini

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Diketahui bahwa banyak masyarakat Nepal memandang wanita menstruasi sebagai yang najis dan tidak suci.
Diketahui bahwa banyak masyarakat Nepal memandang wanita menstruasi sebagai yang najis dan tidak suci.

Intisari-Online.com - Ipar laki-laki dari seorang wanita Nepal yang meninggal telah ditangkap.

Dilansir dari Daily Mail, Jumat (6/12/2019), wanita ini bernama Parbati Buda Rawat (21) ditemukan tewas pada hari Minggu.

Dia tewas saat menjalani praktik terlarang dan berada di gubuk kecil di sebelah rumah keluarganya.

Diketahui bahwa banyak masyarakat Nepal memandang wanita menstruasi sebagai yang najis dan tidak suci.

Baca Juga: 3.500 Koper Tumi Seharga Belasan Juta Rupiah Hendak Dibagikan Ari Askhara, Ini Daftar Kelebihannya, Salah Satunya Mudah Ditemukan Jika Hilang

Di beberapa daerah terpencil, wanita yang tengah menstruasi bahkan dipaksa untuk tidur di pondok yang jauh dari rumah.

Ini adalah sebuah tradisi berusia berabad-abad tahun lamanya yang dikenal sebagai 'chhaupadi.'

Praktik ini menyebabkan kematian beberapa wanita setiap tahunnya.

Penyebabnya terkadang bisa karena pilek, inhalasi asap, gigitan ular dan bahkan serangan binatang.

Baca Juga: Tukang Daging Ini Dituduh Merebus Kucing Hidup-hidup dan Menjadikannya Dompet Serta Baju Lucu, 500 Kucing Dulu Juga Pernah Ketahuan Diangkut

Jika terbukti bersalah, berdasarkan undang-undang yang diperkenalkan tahun lalu, saudara iparnya itu bisa dikurung selama tiga bulan.

Tak hanya itu, dia juga dikenakan denda sebesar Rp 400 ribu.

"Kami menangkap ipar korban kemarin untuk diselidiki," kata pejabat polisi setempat Janak Bahadur Shahi.

Hal itu setelah pihak berwenang mencurigai keterlibatannya dalam memaksa almarhum untuk tinggal di gubuk chhaupadi.

"Saya yakin ini adalah penangkapan pertama dalam kasus seperti ini."

“Sangat positif untuk melihat polisi bertindak proaktif."

Baca Juga: Pimpinannya Dipecat, Karyawan Garuda Indonesia Ramai-ramai Kirim Karangan Bunga untuk Erick Thohir, Ari Askhara Disebut Direktur Kaleng-kaleng!

Tindakan ini juga akan membantu mencegah orang-orang untuk tetap mmenjalankan tradisi tersebut.

Meski begitu, Radha Poudel, seorang aktivis yang bekerja melawan chhaupadi mengatakan:

"Tetapi masih butuh jalan panjang untuk benar-benar mengakhirinya."

Kematian Rawat setidaknya adalah yang ketiga kalinya di tahun ini dari praktik tradisional ini.

Chhaupadi sendiri sudah dilarang sejak 2005.

Tetapi tetap masih saja diberlakukan di beberapa bagian Nepal.

Baca Juga: Soal Pengganti Dirut Garuda, Susi Pudjiastuti dan Ignasius Jonan Paling Dijagokan, Mari Lihat Siapa yang Paling Berpeluang?

Terutama di daerah barat yang terpencil dan konservatif.

Praktik ini terkait dengan ajaran Hindu yang meyakini bahwa wanita yang sedang menstruasi atau setelah melahirkan tidak boleh disentuh.

Perempuan diusir dari rumah, dilarang menyentuh makanan, ikon agama, ternak dan laki-laki.

Mereka dipaksa tidur di pondok-pondok terpencil yang dikenal sebagai chhau goth.

Parbati Buda Rawatsendiri meninggal karena menghirup asap setelah ia menyalakan api untuk membuatnya tetap hangat.

Baca Juga: Zul Zivilia Terancam Hukuman Mati: Seperti Inilah Urutan Eksekusi Mati di Nusakambangan, Bikin Napi Didera Tangis Tak Kunjung Henti

Artikel Terkait