Intisari-Online.com - Seorang kawan mengeluh. Sudah berpeluh-peluh berolahraga, namun berat tubuhnya tetap saja tak mau turun-turun. “Juga sudah diet, tapi kok susah banget turun nih, berat badan,” katanya.
Kalau melihat usaha dia berolahraga kadang tersembul rasa kasihan juga. Bahkan kadang ia berlari menggunakan jaket parasut di hari menjelang siang. Meski sudah aku bilang itu hanya sia-sia belaka sebab yang terbuang lebih banyak air. Habis olahraga memang berat badan turun. Tapi, harap diingat, tubuh orang dewasa mengandung 60 persen air. Berolahraga dengan jaket parasut akan cepat menguras air lewat keringat.
Di lain sisi, sekian lama lari, tak ada kemajuan berarti dalam catatan waktu saya. Padahal sudah mengikuti beberapa pelatihan.
Ternyata, saya dan kawan saya tadi melakukan olahraga tanpa dibekali pengetahuan yang cukup. Berasumsi dengan banyak berkeringat maka berat badan akan turun dan rajin berolahraga kinerja akan membaik. Padahal ada beberapa parameter yang harus kita perhatikan dalam berolahraga. Salah satunya perihal zona latihan.
Baca Juga: Dijamin Berat Badan Turun dalam Waktu Empat Minggu dengan Diet Ini, Mau Coba?
Bukan hal baru
Zona latihan dikaitkan dengan denyut jantung kita. Ada sebuah keajaiban di balik denyut jantung kita. Bisa melunturkan lemak, kinerja olahraga membaik, serta membuat badan lebih bugar. Tentu saja kita harus menggunakannya dengan benar dan tepat. Tidak asal mendenyutkan jantung di setiap saat. Ada pelatihan yang harus dipelajari.
Sejatinya latihan denyut jantung bukan hal baru. Namun pelatihn ini belum sepenuhnya dianut oleh banyak orang sebagai cara yang sederhana namun efektif dalam membantu mereka mencapai seluruh spektrum tujuan kebugaran.
“Latihan denyut jantung menggunakan respons denyut jantung kita untuk mengukur intensitas saat kita berolahraga,” kata Declan Connolly, Ph.D., penulis Heart Rate Training: Increase Endurance, Raise Lactate Threshold, and Boost Power, dan direktur Human Performance Lab di University of Vermont, AS, seperti dikutip Menshealth.com.
“Siapa saja bisa mendapat manfaat dari latihan denyut jantung,” jamin Connolly.
Pendapat Connolly diamini oleh Bryant Walrod, MD, Asisten Profesor Kedokteran Keluarga Klinis di The Ohio State University dan tim dokter untuk OSU Buckeyes. “Setelah kita memahami denyut jantung kita sendiri, ada banyak aplikasi, tergantung pada tujuan kita.”
Untuk memulai latihan denyut jantung, yang pertama harus kita ketahui adalah mengetahui denyut jantung maksimal kita. Ada banyak cara untuk menentukan besaran angka ini (lihat boks: Dua Metode yang Akurat). Yang umum adalah 220 dikurangi usia kita. Jadi, jika kita berusia 25 tahun, maka denyut jantung maksimum (MHR) kita adalah 195 denyut per menit (BPM).
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR