Advertorial
Intisari-Online.com – Jika Anda sedang berada di hutan, bisakah Anda membedakan tanaman yang beracun dan yang bisa dimakan?
Mungkin tidak bisa.
Sebab, cara ini hanya diketahui beberapa orang. Entah mereka ahli, pakar tanaman, atau tinggal di sekitar hutan.
Oleh karenanya tidak heran jika kita sering mendengar kabar seseorang keracunan makan jamur di hutan atau di ladang atau info seseorang meninggal karena salah makan tanaman.
Jika manusia saja terkadang sulit membedakannya, bagaimana dengan makhluk hidup yang lain?
Mungkin sama. Tapi tikus yang satu ini berbeda.
Dilansir dari foxnews.com pada Kamis (7/11/2019), seekor tikus air Australia disebutkan telah memakan seekor katak di Australia juga.
Namun tikus tersebut memakan katak tebu beracun.
Lalu apa yang terjadi dengan tikur air Australia tersebut? Apakah dia mati?
Jawabannya tidak.
Mereka bahkan bisa membunuh dan memakan puluhan katak tebu beracun dengan mudah.
Caranya?
Baca Juga: Langsung Cek Ponsel Setelah Bangun Tidur? Awas, Kebiasaan Ini Bisa Bahayakan Nyawa Kita
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Australian Mammalogy, para tikus air Australia tersebut sudah sangat cerdas.
Mereka cerdas karena bisa belajar membunuh dan memakan katak tebu beracun dengan cara memakan hati mereka dan memilih bagian tubuh lawannya yang tidak beracun.
Bahkan para peneliti mengatakan bahwa cara para tikus air Australia tersebut layaknya ‘dokter bedah’.
Hebatnya lagi, cara tersebut berhasil mereka patahkan hanya dalam waktu dua tahun saja!
Diketahui, katak tebu pertama kali muncul ke Queensland pada 1930-an dan perlahan-lahan meluas ke barat.
Di mana mereka menghancurkan habitat hewan-hewan asli dan membuat beberapa hewan kepunahan, menurut Guardian.
Sementara tikus-tikus air Australia juga dikenal sebagai rakali, di mana mereka suka bertarung melawan spesies invasif.
Dr. Marissa Parrott, penulis penelitian mengatakan bahwa para peneliti mulai memperhatikan sifat kedua hewan ini karena mereka menemukan seekor katak mati dengan kondisi “sangat khas”.
Di mana katak tersebut mati dalam keadaan tubuh terbuka layaknya piring kosong dengan bagian di tengah hilang.
"Penemuan tersebut terjadi di daerah kecil dekat sungai.”
“Katak tersebut berukuran tiga hingga lima meter, dan setelah setiap hari kami menemukan katak mati dengan kondisi yang sama," katanya.
"Mungkin sekitar lima ekor pada pagi hari.”
“Kondisi katak-katak tersebut sangat khas dan berbeda.”
“Mereka terbalik. Lalu bagian dada kosong. Diyakini lawannya mengeluarkan kantong empedu di luar tubuh, yang mengandung garam empedu beracun.”
“Sang lawan tahu bagian yang beracun dan menghilangkannya.”
“Setelah mengeluarkannya, sang lawan langsung memakan seluruh isi bagian tubuh katak hingga habis.”
Dan setelah diselediki, sang lawan dari katak-katak itu adalah tikus air Australia.
Parrott menambahkan bahwa tikus-tikus itu memahami area mana dari katak yang beracun.
Lalu dengan menggunakan gigi tajam dan tangan cekatan, mereka memakan bagian-bagian yang tidak beracun.
Para peneliti mengamati 38 bangkai katak yang mengambang di sungai selama 15 hari, dengan semua bangkai memiliki potongan di daerah dada mereka yang berukuran 1,08 cm secara vertikal dan 1,2 cm secara horizontal.
"Tikus air sendiri cukup besar," kata Parrott.
“Mereka memiliki kekuatan untuk menaklukkan katak yang lebih besar dan mendapatkan ‘makanan’ yang lebih besar.”
“Sebab dengan membunuh kadak yang lebih besar itu, maka mungkin lebih mudah untuk menghindari organ beracun.”
Dengan adanya kasus ini, para peneliti ingin menunjukkan pentingnya dan kecerdasan hewan pengerat asli Australia ini.
“Banyak orang tidak benar-benar tahu kami memiliki tikus asli di Australia.”
“Namun kisah ini mungkin bisa mengangkat profil mereka dan membuat orang tidak hanya menyadari bahwa mereka sangat pintar tetapi mereka adalah hewan yang harus kita lindungi,” tutupnya.