Advertorial
Intisari-Online.com -Pemimpin kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) Abu Bakar al-Baghdadi dilaporkan telah tewas.
Setelah sebelumnya banyak rumor beredar mengenai kematian dirinya, kali ini dia dipastikan benar-benar tewas melalui hasil tes DNA.
Presiden Donald Trump sendiri dengan bangga telah mengumumkan kematian Baghdadi dan memuji kerja dari pasukan elit AS serta anjing militer bernama Conan.
Disebutkan Baghdadi merasa terdesak saat tempat persembunyiannya dikepung oleh pasukan militer hingga akhirnya dia melarikan diri dan bom di rompinya meledak.
Mengenai bagaimana pasukan militer bisa sampai ke tempat persembunyian Baghdadi, melansir NBC News, Jumat (31/10/2019), ternyata ada seorang anak buah Baghdadi yang menjadi pengkhianat.
Orang dari lingakaran dalamnya tersebut yang tidak disebutkan identitasnya menjadi mata-mata danmembantu memimpin pasukan Amerika ke kompleksnya di Suriah utara.
Komandan Kurdi - Pasukan Demokratik Suriah, Jenderal Mazloum Abdi, memberiNBC News laporan terperinci tentang bagaimana ia menghabiskan waktu berbulan-bulansebagai mata-mata dalam ISIS.
Dia mengikuti Baghdadi ketika ia pindah dari satu rumah yang aman ke rumah lain, sampai akhirnya terperangkap dalam terowongan.
Abdi mengatakan motivasi utama mata-mata tersebut adalah balas dendam.
"Saya pikir dia di bawah banyak tekanan dari keluarganya," kata sang jenderal.
“Kerabatnya menjadi sasaran perlakuan keras oleh ISIS dan dia tidak lagi percaya pada masa depan ISIS."
"Dia ingin membalas dendam pada ISIS dan al-Baghdadi sendiri."
Mata-mata itu berada dalam posisi yang unik dan sangat langka untuk membalas dendamnya.
"Dia bisa dibilang, seorang pejabat keamanan," kata sang jenderal.
"Seorang pejabat keamanan pribadi untuk al-Baghdadi sendiri, yang bertanggung jawab atas gerakan al-Baghdadi. “
Sebagian dari pekerjaan informan, kata Abdi, adalah "mengamankan tempat-tempat" tempat al-Baghdadi nantinya bersembunyi.
Mata-mata ISIS ini menghafal lokasi dan tata letak rumah-rumah aman Baghdadi dan bahkan mencuri sampel darah dan pakaian teroris yang paling dicari di dunia untuk analisis DNA, katanya.
"Al-Baghdadi mengambil tindakan pengamanannya ke tingkat tertinggi," kata Abdi.
“Dia tidak pernah menggunakan komunikasi teknologi tinggi sama sekali."
"Di mana saja dia berada, ada pemadaman komunikasi, dengan pengecualian orang-orang yang secara langsung bertanggung jawab atas keamanannya, dan itu adalah sekelompok kecil orang. "
Abdi menolak mengatakan kapan atau bagaimana mereka pertama kali melakukan kontak dengan informan ISIS, tetapi dia mengatakan hubungan itu semakin dalam dan meluas secara dramatis dalam lima bulan terakhir.
Itu bertepatan dengan perpindahan Baghdadi dari tempat persembunyian di Suriah timur ke provinsi Idlib di Suriah barat, dekat perbatasan Turki.
"Kami mengonfirmasi bahwa (Baghdadi) telah dipindahkan ke Idlib pada bulan April tahun ini," kata Abdi.
Idlib adalah tempat yang tidak mungkin bagi pemimpin ISIS untuk bersembunyi.
Provinsi ini sebagian besar dikendalikan oleh kelompok-kelompok Islam lainnya, termasuk yang terkait dengan al Qaeda. Kelompok itu, kadang-kadang, berperang melawan ISIS.
"Gagasan bahwa al-Baghdadi berada di Idlib sama sekali tidak terduga," kata Abdi.
"Itu mengejutkan semua orang."
Untuk mengetahui di mana tepatnya Baghdadi bersembunyi di provinsi Idlib, Abdi mengatakan mata-mata itu harus bergantung pada indera dan ingatannya.
Pengawal Baghdadi akan menjemputnya di mobil, atau kadang-kadang taksi. Sebagian besar pengunjung Baghdadi ditutup matanya dalam perjalanan menuju pemimpin ISIS.
Tapi mata-mata itu lebih dipercaya daripada kebanyakan orang.
Penjaga pribadi Baghdadi hanya memintanya untuk tidak melihat keluar jendela mobil.
"Ketika mereka mendekati daerah itu, mereka akan memintanya untuk menurunkan kursinya sehingga dia tidak bisa melihat-lihat," kata Abdi.
"Mereka memintanya untuk berbaring, untuk menurunkan kursi di taksi."
Mata-mata itu mengingat ruang dan memberikan informasi tentang rumah itu sendiri, bentuk rumah dan hal detail lainnya termasuk terowongan tempat persembunyiannya.
Tetapi sebelum mengirim pasukan komando intelijen AS ingin bukti nyata bahwa sumber memiliki akses ke Baghdadi seperti yang ia klaim, pasukan AS ingin memastikan itu bukanlah tipuan atau jebakan.
Jadi mata-mata itu mencuri sepasang pakaian dalam bekas pemimpin ISIS dan kemudian mengambil sampel darah untuk dibandingkan dengan sampel DNA Baghdadi yang diketahui mengingat sebelumnya Baghdadi telah ditahan AS di Irak bertahun-tahun.
"Setelah itu, CIA menganggap ini lebih serius," kata Abdi.
"Mereka mulai bekerja keras dan serius di level tertinggi."
Abdi mengatakan mata-mata itu berada di kompleks ketika Pasukan Khusus AS menyerang.
"Dia ada di sana dan dia kembali dengan aman bersama pasukan Amerika," katanya.
Para pejabat AS mengatakan kepada The Washington Postbahwa ia kemungkinan akan menerima semua atau sebagian dari hadiah 25 juta dolar untuk Baghdadi.