Saat menyadari bahwa tanah tempat tinggalnya sebagai tanah tandus berbatu, ia pantang mengeluh.
Dengan tekun, sedikit demi sedikit, batu-batu yang ada ia singkirkan menggunakan palu godam atau belencong.
Tanah yang sudah bebas dari batu dan semak belukar ini lalu diberi pupuk buatan sendiri.
Dengan pengalaman dan pengetahuannya yang diperoleh secara autodidak, Budi kemudian mengajari anak-anak untuk bercocok tanam.
Melansir dari TribunManado.co.id (7/2/18), anak-anak mereka di Panti Asuhan bahkan sekarang telah banyak yang lulus dan memiliki profesi yang tak bisa dianggap remeh.
“Kami sekarang mengasuh 116 anak. Sebanyak 98 tinggal di PA Roslin Kupang, sementara 18 lainnya bersekolah di Jakarta. Dari anak-anak yang kami asuh, beberapa di antaranya telah lulus dari perguruan tinggi. Ada yang tamat dari kedokteran, keperawatan gigi, pertanian dan IT. Tahun ini, ada 4 atau 5 anak lagi yang akan wisuda sarjana,” ujarnya bangga, dikutip dari TribunManado.co.id (7/2/18).
Kerja kerasnya untuk menetaskan anak-anak di daerah tandus tersebut membawanya meraih penghargaan CNN Heroes 2009.
Dilansir dari Kompas.com, Budi Soehardi dan sang istri telah berhasil mengembangkan daerah ekowisata di Desa Oenaek, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Andreas Chris)
Artikel ini telah tayang di Sosok.ID dengan judul Kisah Budi Soehardi, TInggalkan Profesi Pilot Demi Jadi Petani Sekaligus Jadi Ayah dari Ratusan Anak di NTT, Dapat Penghargaan CNN Hero
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR