Ia melihat ada harapan terpancar dari sinar mata anak-anak pengungsi eks Timor Timur itu kelak di kemudian hari.
Bahkan dari sorot mata anak-anak tersebut, pasangan suami istri ini mempercayai akan ada agen-agen perubahan di masa depan.
Namun orang tua dari tiga orang anak ini melihat pengungsian bukanlah tempat yang tepat untuk tumbuh kembang anak mereka.
Bertolak dari kesadaran ini, ia lalu menyiapkan sebuah pendekatan baru, pendekatan transformatif.
Baca Juga: Dapatkan 5 Manfaat dari Olahraga Plank, Salah Satunya Langsingkan Tubuh, Mau Coba?
Bertolak dari keyakinan tersebut, meski tanpa pengetahuan dan pengalaman mengelola lembaga sosial, Budi dan Peggy nekad membuka panti asuhan.
Panti Asuhan ini diberi nama Roslin yang merupakan akronim yang diambil dari dua nama: Rosalin (Ros) dan Violin (lin).
Rosalin adalah nenek Peggy, sementara Violin tak lain adik dari neneknya.
Dua sosok ini berperan penting dalam menyemai nilai-nilai kemanusiaan dan mendorong Peggy aktif mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan filantropi.
Baca Juga: Kisah Penuh Drama Rohimah sang Penipu, Mantan Guru Agama dengan Empat Nama dan Enam Suami
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR