Intisari-Online.com - Sekarang kita tahu bahwa permen memiliki pengaruh buruk untuk kesehatan gigi.
Namun, jauh sebelum permen terbukti buruk untuk gigi, para ilmuwan tentu harus melakukan sebuah penelitian.
Lalu bagaimanakah proses penelitian itu hingga mencapai kesimpulan bahwa permen tak baik untuk gigi.
Melansir CNN, Rabu (30/10/2019), ternyata peneliti melakukan percobaan pada orang-orang dengan gangguan mental.
Pada akhir 1940-an di Swedia, anak-anak dan orang dewasa dengan gangguan mental dengan sengaja diberi permen lengket untuk melihat apa yang akan terjadi pada gigi mereka.
"Saya telah melihat catatan gigi tentang ini. Setiap gigi berwarna hitam," kata wartawan Swedia Thomas Kanger, yang telah menulis tentang anak-anak.
"Aku berbicara tentang setiap gigi yang rusak dan itu berlangsung selama bertahun-tahun."
Epidemi gigi berlubang
Pada 1930-an di Swedia, penelitian menemukan bahkan anak berusia 3 tahun memiliki gigi berlubang di 83% gigi mereka.
Kerusakan yang luas seperti itu bukanlah hal yang aneh sebab perawatan gigi sangat buruk di sebagian besar negara.
Perawatan pada dasarnya tidak ada dan gigi yang busuk biasanya dicabut.
Toothlessness begitu lazim di Amerika Serikat sehingga militer membatasi rekrutmen untuk Perang Dunia I dan Perang Dunia II untuk pria yang memiliki enam gigi yang berlawanan.
Kedengarannya aneh sekarang, tetapi pada awal abad ke-20 dokter gigi terbagi atas penyebab kerusakan gigi.
Apakah itu karena penyakit yang mendasarinya? Apakah itu karena diet keseluruhan? Atau apakah itu hanya karena permen?
Petunjuk menunjukkan peran permen: Anak yatim di rumah anak-anak terlalu miskin untuk menyediakan permen memiliki gigi berlubang lebih sedikit daripada populasi umum; kerusakan gigi di antara wajib militer menurun selama penjatahan gula di Perang Dunia I.
Source | : | CNN |
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR