Istri saya akhirnya meminta suntikan epidural pada pukul 3 pagi, sementara kami sudah berada di sana sejak pukul 10 malam.
Mereka pun melakukannya dengan ringkas. Dan saya pergi untuk minum kopi. Ketika kembali, saya melihat istri saya benar-benar bahagia dan tenang.
Malam itu, bahkan kami pun tidur.
Sekitar jam 7 pagi saya terbangun di kursi di ruang persalinan dan bidan mengatakan sudah waktunya istri saya mulai mendorong bayinya.
Kami berada di hamparan rumah. Yah dorongan dimulai, saya mengangkat salah satu kaki istri saya ke atas karena dia tidak bisa merasakan atau memindahkannya sendiri.
Dorongan dimulai dan terus dan terus dan terus. Pada titik ini, saya mulai menyadari bahwa ini cukup sulit untuk istri saya.
Baca Juga: Kisah Ibu Pengganti Komersil Tertua, Siap Lahirkan Bayi ke-16, Dibayar Rp260 Juta Sekali Melahirkan
Anda tidak melihat orang-orang yang berolahraga keras di gym melakukan banyak upaya.
Tiga jam kemudian dan masih belum ada bayi. Itu hanya tidak akan membuat 'tikungan' terakhir, jadi mereka memanggil ahli bedah untuk operasi caesar.
Saya baru saja akan mengenakan masker ketika seorang ahli medis berkata, "Saya pikir kita bisa melakukan ini dengan forsep."
Ini terdengar seperti ide bagus. Saya sangat naif. Dia sudah kehilangan sepertiga waktu tidurnya dan istri saya kakinya di sanggurdi dan saya berpikir, "Wow, ini cukup rumit. Tidak seperti yang Anda lihat di TV."
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR