Advertorial
Intisari-Online.com - Warga sudah terbiasa mendengar suara tangisan bocah yang begitu menyayat hati dari dalam rumah kecil nan usang berukuran 7x7 meter itu.
Tangisan serta rintihan Rosma, anak perempuan berusia sepuluh tahun penderita lumpuh itu sering kali pecah saat melintasi tempat tinggalnya di Desa Nglobar, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Diketahui bahwa Rosma tercatat mengalami kelainan sejak lahir.
Tubuhnya kaku dan tak bisa bergerak. Bahkan, Rosma yang seharusnya sudah duduk di bangku kelas 4 SD itu pertumbuhan fisiknya sangat lambat.
Baca Juga: Ini Dia 10 Khasiat Labu Siam yang Mungkin Anda Belum Tahu, dari Bantu Cegah Jerawat Hingga Kanker
Panjang tubuhnya dari ujung rambut hingga ujung kaki hanya seukuran lima jengkal orang dewasa.
Sekujur tubuhnya pun kurus kering kerontang.
Tak seberuntung bocah sebayanya yang bisa berbicara, bermain dan belajar.
Setiap hari, gadis mungil itu hanya bisa terbaring lemas di atas kasur.
Tatapannya nampak kosong menatap bagian atap rumah tak berplafon itu.
Sesekali, Rosma pun merengek kencang, tak jelas apakah itu yang diinginkannya.
Baca Juga: Slip Gaji Bupati Banjarnegara Bernominal Rp6,1 Juta Dibocorkan, Benarkah Idealnya Rp100-150 Juta?
Entah karena kesakitan dengan penyakit yang bersarang di tubuhnya ataukah ada penyebab lain, neneknya pun hingga saat ini tak paham.
Terkadang, tangis Rosma berhenti ketika neneknya itu menggendongnya untuk beberapa saat.
"Sayang tubuh renta ini sudah tak kuat berlama-lama menggendong Rosma. Suami saya sudah lama meninggal sejak saya muda," tutur Mbah Rani (75), nenek Rosma, saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Sabtu (5/10/2019) siang.
Selama ini, Mbah Rani tinggal sebatang kara merawat Rosma di kediamannya yang jauh dari kesan mewah itu.
Baca Juga: Kim Jong-un Perintahkan Warganya Kirim 100 Kg Tinja Per Hari atau Setara 3 Ton Sebulan, untuk Apa?
Konstruksi bangunan rumah Mbah Rani sudah reot atau aus dimakan usia.
Dindingnya hanya berupa anyaman bambu yang telah rapuh dan berlubang dimana-mana.
Pun demikian juga dengan beberapa kayu penyangga rumah yang sudah keropos.
Rumah Mbah Rani tidak berlantai keramik melainkan tanah liat.
Miris, bahkan Mbah Rani tak memiliki kamar mandi dan WC.
Di depan rumah, hanya ada bilik kecil tanpa atap beranyamkan bambu yang di dalamnya diletakkan ember, yang dianggapnya sebagai kamar mandi.
"Kalau mandi ya di bilik itu, kalau buang air besar ya di sawah atau di bawah pohon bambu. Kalau Rosma cukup pakai pampers," kata Mbah Rani.
Dibuang ibunya
Di usianya yang sudah renta, Mbah Rani yang semestinya lebih banyak meluangkan waktu untuk beristirahat justru harus menanggung beban berat.
Mbah Rani begitu tulus dan ikhlas merawat Rosma meski tanpa ada campur tangan dari orangtuanya.
Tangan keriput itu begitu berhati-hati dan pelan mengusap dahi Rosma yang berkeringat karena cuaca panas.
"Bagaimanapun ini cucu kandung saya, sudah seperti anak sendiri. Saya itu kadang tak kuasa menangis melihat nasib Rosma," ujar Mbah Rani.
Ayah Rosma, Rustomo sudah lima tahun ini meninggal dunia akibat penyakit jantung yang dideritanya.
Sementara ibunda Rosma, Sumarni, kabur begitu saja meninggalkan anak kandungnya tersebut.
Sesuai dengan penuturan Mbah Rani, semula, saat Rosma berumur dua tahun, Sumarni datang dari Serang, Banten, bermaksud hendak silaturahim berkunjung ke rumah Mbah Rani, mertuanya itu.
Saat itu, tanpa sepengetahuan suaminya, Rustomo, Sumarni datang sendirian membawa Rosma dengan menumpang angkutan umum.
"Namun, baru beberapa jam datang, Sumarni tiba-tiba pamitan mau keluar sebentar. Saat itu saya percaya saja. Namun, Sumarni tak juga kembali hingga delapan tahun ini.
Tidak ada kabar juga sampai saat ini. Kirim uang juga tidak pernah.
Malah saya dapat kabar dari tetangga di Serang jika anak saya Rustomo, masuk rumah sakit dan meninggal dunia lima tahun lalu," terang Mbah Rani.
Mbah Rani memiliki empat anak yang kesemuanya sudah berkeluarga.
Anak keduanya adalah Rustomo yang tak lain adalah ayah dari Rosma.
Sejak remaja, Rustomo yang lulusan SD itu sudah merantau ke Serang, Banten, sebagai buruh bangunan.
Di perantauannya itu, Rustomo menikahi Sumarni warga setempat dan dikaruniai tiga anak termasuk si bungsu, Rosma.
Baca Juga: Manfaat Jahe Direbus, Konsumsi Airnya dan Rasakan 5 Manfaat Luar Biasanya Berikut Ini!
"Dua anaknya normal dan satu anaknya cacat. Ibunya Rosma itu perangainya jahat. Bahasa kasarnya, Rosma itu dibuang dan tidak dikehendaki.
Kalau Rustomo anak saya, dulunya marah saat mengetahui, Rosma ditinggal begitu saja di sini. Kan dia tak tahu kelakuan istrinya.
Namun, belum sempat diambil sudah keburu meninggal dunia.
Kini Ibunya Rosma sudah menghilang jejak dan tak bisa dihubungi," sambung dia.
Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Mbah Rani mengandalkan hidup dari bertani.
Ia menggarap lahan sawah kecil peninggalan suaminya tak jauh dari rumahnya.
Rutinitas itulah yang membuat Rosma terpaksa ditinggal di rumah sendiri untuk beberapa jam. Mbah Rani beranjak ke sawah saat subuh hingga pagi.
"Mau gimana lagi, saya harus bekerja ke sawah. Cucu saya sudah biasa saya tinggal.
Pulangnya saya gendong dan saya suapin makan. Rosma itu makannya yang lembut. Seperti nasi dan tahu. Sehari tiga kali makannya," kata Mbah Rani.
Baca Juga: Alami Microsleep, Letkol Iqbal Lahmadi Tewas Akibat Kecelakaan di Jalan Tol Ngawi Bersama Sang Istri
Berkepribadian buruk
Menantu Mbah Rani, Siti Qoiroh (32), menuturkan, di lingkungan keluarganya, ibunda Rosma, Sumarni, itu dikenal berkepribadian buruk.
"Barang-barang di sana juga habis digadai oleh Sumarni. Kini, kami mencari ke sana, Sumarni juga sudah menghilang," tutur Siti, yang rumahnya berada di samping Mbah Rani.
Keluarga Rosma sudah tak mengharapkan Sumarni untuk kembali.
Mereka hanya berharap ada uluran tangan dari pemerintah maupun donatur yang sudi membantu menanggung biaya untuk pengobatan Rosma.
"Kami tak punya biaya untuk pengobatan Rosma. Untuk makan saja sudah alhamdulilah. Kata dokter sih lumpuhnya itu yang diserang sumsumnya.
Berkali-kali periksa dan harus mengeluarkan uang banyak.
Disarankan keluar kota, tapi tak ada biaya hingga saat ini. Semoga Ibu Bupati Grobogan atau pemerintah bisa membantu meringankan beban kami," pungkas dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Derita Rosma, Bocah Penderita Lumpuh yang Ditelantarkan Ibu Kandung"