Intisari-Online.com - Tak terlalu beda dengan zaman sekarang, selama ribuan tahun para pria sangat terobsesi dengan keperawanan.
Zaman sekarang tes keperawanan dilakukan untuk beberapa kepentingan, misalnya pekerjaan atau persiapan menikah.
Beruntungnya, tes atau uji keperawanan saat ini dilakukan dengan cara yang 'masuk akal'.
Baca Juga: 74 Tahun TNI: Ini 5 Tank Andalan TNI, Salah Satunya Bisa Membelah Ombak
Keyakinan Kuno Tentang Keperawanan
Dengan bangkitnya pertanian sekitar 5.000 hingga 10.000 tahun yang lalu, tergantung pada wilayahnya, diyakini konsep bagi keperawanan muncul karena kebutuhan seorang ayah untuk menjadikan anak-anak perempuannya sebagai komoditisasi demi kelanjutan masyarakat pertanian.
Ini dikenal sebagai paternitas atau hipotesis properti, yang menempatkan wanita perawan sebagai properti material.
Tujuan mereka adalah untuk hamil, membesarkan anak-anak, dan memastikan garis keluarga ayah berlanjut.
Dengan menciptakan konsep keperawanan, seorang ayah dapat meyakinkan keluarga mempelai pria bahwa tidak ada anak dari lelaki lain.
Beberapa catatan awal tentang keperawanan berasal dari Mesir, Yunani, Roma, dan Kristen awal.
Dari sumber-sumber ini, jelaslah untuk melihat perkembangan budaya seperti sekarang ini.
Keperawanan tidak memiliki definisi universal.
Menurut Douglass dan Teeter, Mesir Kuno, selama Kerajaan Baru (1570 SM dan 1544 SM), tidak melihat keperawanan sebagai hal yang penting untuk menikah.
Diasumsikan bahwa hubungan seksual dapat diterima secara sosial selama masa ini.
Namun, begitu menikah, kedua pasangan itu diharapkan secara eksklusif bersifat monogami.
Baca Juga: Alami Microsleep, Letkol Iqbal Lahmadi Tewas Akibat Kecelakaan di Jalan Tol Ngawi Bersama Sang Istri
Source | : | ancient origins |
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR