Advertorial

'Mie Saja Harganya Mahal Minta Ampun:' Cerita di Balik Dokter Soeko Marsetiyo yang Pilih Mengabdi di Papua

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
,
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Seiring berjalannya waktu, Soeko mulai bisa beradaptasi. Ia pun mulai tidak banyak bercerita kepada adiknya.
Seiring berjalannya waktu, Soeko mulai bisa beradaptasi. Ia pun mulai tidak banyak bercerita kepada adiknya.

Intisari-Online.com - Jumat (27/9/2019) berita kepergian dokter Soeko Marsetiyo membawa kabar duka.

Dia diketahui telah mengabdikan dirinya untuk kesehatan di Tolikara, Papua.

Kabar duka ini maka tak hanya menjadi duka dunia kesehatan Indonesia, tetapi juga keluarga.

Dokter Soeko Marsetiyo meninggal di usia 53 tahun.

Baca Juga: Makanlah Ini di Malam Hari, Maka Lemak akan Terbakar Sendiri saat Tidur, Ini Caranya!

Almarhum meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak.

Berikut cerita di balik dokter Soeko Marsetiyo yang memilih mengabdi di Papua:

1. Memilih ditempatkan di Papua

Adik dokter Soeko Marsetiyo, Endah Arieswati menceritakan, begitu lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, kakaknya (Soeko Marsetiyo) memilih ditempatkan di Papua.

Baca Juga: Divonis Mati Oleh Dokter, Penderita Kanker Ini Bertemu Anjingnya Untuk Terakhir Kali, Namun Hal Ajaib Tiba-tiba Terjadi

"Biasa kan ada masa bakti PTT (Pegawai Tidak Tetap), Dia (dokter Soeko Marsetiyo) memilih dapat di Papua," ujar Endah Arieswati saat ditemui usai pemakaman, Jumat.

Endah menyampaikan, seingatnya, kakaknya mendapat masa bakti di Papua selama dua tahun.

2. Sering bercerita suka duka di Papua

Awal-awal di Papua, sambung Endah, kakaknya sering bercerita tentang suka duka di Papua.

"Jarang pulang, ya tahu sendiri terkendala biaya kan PTT di sana gajinya enggak seberapa, apalagi di pedalaman.

Baca Juga: Terlihat Sepele, Lemon Beku Ternyata Punya Khasiat Menyembuhkan yang Luar Biasa, Diklaim 1000 Kali Lebih Baik dari Kemoterapi

Awal-awal cerita mau makan mie saja harganya mahal minta ampun, ya cerita suka duka di sana," urainya.

Seiring berjalannya waktu, Soeko mulai bisa beradaptasi. Ia pun mulai tidak banyak bercerita kepada adiknya.

3. Memilih mengabdi di Papua

Justru setelah selesai masa baktinya, sambung Endah, kakaknya tidak lantas memilih tugas di kota, justru memilih untuk mengabdikan dirinya di Papua.

"Setelah selesai masa bakti, kalau teman-teman yang lain itu kan biasanya terus mencari ke kota.

Baca Juga: 20 Tahun Tinggal di Hutan, Orang-orang Terkejut Saat Tahu Pria Ini Punya Barang-barang Modern, Padahal Tidak Bekerja

Tetapi, dia keukeuh meminta untuk tetap di Papua lokasinya," tegasnya Diakui Endah, keluarga pernah menanyakan kepada Soeko mengenai pilihannya bertugas di Papua.

Saat itu, Soeko menjawab jika tenaga dokter lebih dibutuhkan di Papua.

"Dia cuma (menjawab) di Semarang itu sudah banyak dokter, kalau aku di sini tidak ada gunanya, sudah banyak orang pintar.

Kalau di sana (Papua) paling tidak aku bisa berbuat sesuatu, itu saja," ujarnya "Bagi keluarga juga aneh, hidup di sini (Semarang) enak, kok tidak mau.

Tapi ya keinginannya memang begitu," tambahnya.

Baca Juga: Temukan 17 Kantong Plastik Besar yang Mencurigakan, Warga Terkejut Ketika Dibuka Isinya Hal Mengerikan Ini

4. Sempat dibujuk keluarga

Diakui Endah, kalau pihak keluarga pernah mencoba untuk membujuk Soeko.

Namun, anak nomor lima dari delapan bersaudara ini tetap bertekad bulat di Papua.

"Ya pasti (pernah membujuk), cuma jawabanya itu tadi, ke sini-sininya kalau ditanya dan dipaksa itu ya cuma senyum-senyum saja," katanya.

Masih dikatakan Endah, kakaknya tidak secara gamblang menjelaskan kepada keluarga alasan untuk tetap di Papua.

Secara pribadi, Soeko memang dikenal merupakan sosok yang lemah lembut.

"Enggak terlalu banyak bercerita tentang kenapa bertahan di sana, tetapi kalau melihat dari masyarakat Papua yang dekat dengan dia, nah itu nanti ketahuan.

Teman-teman mengenal dia itu orang yang lemah lembut sebetulnya," jelasnya.

Baca Juga: Mengira Telah Membunuh Anak dan Istrinya, Pria Ini Melarikan Diri ke Hutan Selama 24 Tahun, Namun Kenyataan Pahit Justru Dialaminya

5. Sudah bertugas di Papua 15 tahun

Endah mengatakan, kakaknya sudah bertugas di Papua selama 15 tahun.

Selama bertugas di Papua, lanjutnya, lokasi tugas kakaknya berpindah-pindah tempat dan yang terakhir bertugas di Tolikara.

"Pokoknya di Papua itu sudah 15 tahun. Kira-kira sejak 2003 atau 2004," tambahnya.

6. Keluarga sulit berkomunikasi

Endah menungkapkan, karena pilihannya yang memilih untuk bertugas di Papua membuat keluarga harus rela tidak bisa setiap saat bertemu dengan dokter Soeko Marsetiyo.

Bahkan, untuk sekedar melepas kangen melalui telepon saja harus dua minggu sekali.

Baca Juga: Waspada! 5 Gejala Leukemia Ini Sering Kali Diabaikan, Salah Satunya Memar di Tubuh yang Tiba-tiba Muncul

"Tinggal di Papua itu jadi keterbatasan waktu bertemu kita dan tahu sendiri daerah Tolikara itu susah sinyal. Jadi, kalau tidak salah, dia setiap dua minggu sekali turun untuk telepon," ungkapnya.

7. Sempat kirim sms

Sehari sebelum kejadian, lanjut Endah, kakaknya sempat mengirim SMS ke beberapa orang keluarganya.

"Sehari sebelumnya itu ternyata dia sempat mengirimkan SMS ke beberapa om (paman) dan tante. Isinya potongan ayat Kursi, kita tidak mengerti maksudnya apa, terus tiba-tiba dengar kabar seperti ini," ujarnya.

Baca Juga: Bobotnya Lebih dari 1 Ton, Kenali Monster Ular dari Zaman Prasejarah yang Jadikan Buaya Sebagai Mangsanya

8. Dekat dengan masyarakat

Kepala Balai Penanggulangan dan Pengendalian AIDS, Tuberkolosis dan Malaria (ATM) Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua dr Beeri Wopari mengatakan, dokter Soeko Marsetiyo bertugas di Tolikara sejak tahun 2013.

"Lebih banyak bertugas di Puskesmas, artinya di daerah terpencil, kurang lebih dua jam dari ibu kota kabupaten.

Dua jam itu dengan medan yang berat dan beliau lebih banyak di sana, tetapi memang pilihan beliau tugas di pedalaman," ungkapnya.

Disampaikannya, di tempat tugasnya, dokter Soeko Marsetiyo sangat dekat dengan masyarakat.

"Beliau ini sangat disayangi oleh masyatakat disana. Kita tenaga kesehatan masih sangat kurang, terutama di daerah-daerah pedalaman, jadi dengan beliau berpulang tentu untuk mengisi tenaga dokter kembali itu tidak mudah," ujarnya.

Baca Juga: Berhasil Tangkap Ikan Tuna 'Monster' Senilai Hampir Rp46 Miliar, Para Pria Ini Malah Kembalikan Lagi ke Laut, Ternyata Ini Alasannya!

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita di Balik Dokter Soeko Marsetiyo yang Pilih Mengabdi di Papua hingga Sempat Kirim SMS ke Keluarga"

Artikel Terkait