Advertorial
Intisari-Online.com - Penelitian terbaru mengenai jasad pengorbanan anak dari suku Inca cukup memberi banyak informasi baru.
Dilansir dari All that's Interesting, Rabu (25/9/2019), para peneliti percaya bahwa tubuh para korban sengaja ditinggalkan di atas batu pada puncak gunung berapi agar disambar petir.
Jika seorang anak tersebut tersambar petir, mereka percaya bahwa itu berarti para dewa menerima pengorbanan yang dipersembahkan.
Untuk studi ini, para peneliti memeriksa jasad 6 anak yang ditemukan di dua gunung berapi di Peru, Ampato dan Pichu.
Jasad-jasad ini pertama kali ditemukan beberapa dekade yang lalu oleh Dr. Johan Reinhard dan berada dalam berbagai kondisi pelestarian.
Untuk memeriksa spesimen berharga tanpa menyebabkan kerusakan, para ilmuwan menggunakan pencitraan x-ray canggih dan pemodelan 3D.
Dagmara Socha, ahli bioarkeologi di Universitas Warsawa rekan penulis penelitiannya, Rudi Chavez Perea, direktur Museo Santuarios Andinos dari Universitas Katolik Santa Maria di Arequipa di Peru, menemukan beberapa petunjuk yang ungkapkan sambaran petir.
Beberapa jasad yang dikorbankan sekitar 500 tahun yang lalu punya bekas luka di jaringan lunak dan pakaian mereka.
Peron batu tempat tubuh mereka ditinggalkan juga menunjukkan tanda-tanda pukulan berulang-ulang.
Tak hanya itu, tanah di sekitaran lokasi pengorbanan juga menjadi mengkristal.
Satu korban perempuan dijuluki sebagai 'Gadir Petir' oleh para ilmuwan.
Hal itu karena kepalanya memanjang yang merupakan akibat praktik suku Inca sekitar pantai.
Ada juga penyimpangan dalam struktur enamel gigi anak perempuan itu, yang menunjukkan bahwa ia kelaparan atau mengalami banyak tekanan pada satu titik, kemungkinan ketika ia berusia sekitar tiga tahun.
"Kurasa saat itulah gadis itu diambil dari orang tuanya dan dibawa ke Cuzco, ibukota kekaisaran Inca, tempat gadis itu dipersiapkan selama tiga tahun untuk dikorbankan di puncak gunung berapi," terang Socha.
Penelitian sebelumnya yang meneliti sampel rambut dari para korban anak menunjukkan bahwa mereka dipilih bertahun-tahun sebelumnya, dan "digemukkan" sebelum kematian mereka.
Analisis isotop sampel rambut ini juga menunjukkan bahwa anak-anak itu dibius dengan alkohol sebelum dibunuh.
Suku Inca percaya bahwa merupakan itu akan menjadi kehormatan besar bagi keluarga jika anaknya diambil untuk pengorbanan.
Tetapi bagaimana anak-anak itu dipilih?
Para arkeolog tidak sepenuhnya yakin tetapi, menurut Socha, "Mereka tentu harus memiliki beberapa sifat yang luar biasa, seperti kecantikan atau keturunan."
Selanjutnya, tim berencana untuk melakukan lebih banyak analisis pada jasad-jasad ini.