Advertorial
Intisari-Online.com -Pelatih baru Juventus, Maurizio Sarri, baru saja dilaporkan mengidap penyakit pneumonia atau radang paru-paru.
Sarri sendiri awalnya menganggap dirinya hanya menderita flu biasa. Namun, pemeriksaan lebih lanjut pada Senin (19/8/2019) menujukkan Sarri mengidap pneumonia.
Selama ini Sarri memang dikenal sebagai salah satu pelatih yang sangat lekat dengan rokok.
Bahkan dia mengakui sendiri pernah menghabiskan 60 batang rokok dalam satu hari.
"Saya merasa tidak perlu merokok selama pertandingan, tetapi setelah itu saya benar-benar membutuhkannya," ucap Sarri, seperti dilansir INTISARI darikompas.com.
Ya, pneumonia yang diderita oleh Sarri seolah membuktikan bahwa rokok merupakan pemicu pneumonia.
Namun, tahukah Anda bahwa bukan hanya perokok yang berisiko terkena pneumonia. Mereka yang berada di sekitar perokok pun jadi ikut berisiko.
Salah satu yang paling berisiko adalah anak-anak yang memiliki ayah seorang perokok. Kok, bisa? Berikut ini penjelasannya.
Merokok tak hanya membahayakan kesehatan si perokok itu sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitarnya.
Contohnya, jika seorang ayah sering merokok di rumah, anak berisiko terkena penyakit infeksi pada paru, yaitu pneumonia.
Dokter spesialis respirasi anak dari Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Prof. dr. Cissy Kartasasmita, SpA (K) mengungkapkan, kerap ditemui kasus anak terserang pneumonia dan ternyata sang ayah sering merokok di rumah.
"Meskipun merokok di luar rumah, tapi setelah itu masuk ke dalam rumah, bajunya kan masih bau rokok. Lalu, bayi digendong. Zat sisa-sisa rokok di baju itu bisa merusak," ujar Cissy dalam diskusi Peringatan Hari Pneumonia Sedunia di Jakarta, Kamis (17/11/2016).
Cissy menjelaskan, paparan zat beracun dari rokok yang terhirup anak secara tak sengaja akan merusak keseimbangan daya tahan di pernapasan.
Mulanya, zat berbahaya dari rokok itu merusak silia atau rambut halus yang berfungsi menyaring benda asing masuk ke tubuh.
Jika sering terpapar asap rokok, fungsi silia tersebut bisa terganggu.
"Silia itu seperti sapu. Ketika rusak, sudah enggak berfungsi, jadi benda asing masuk, membuat dahak mengumpul, anak jadi batuk," jelas Cissy.
Baca Juga: Berkedok Warung Rokok hingga Dijaga Preman, Inilah Penampungan Anjing Ilegal di Semanggi
Bakteri penyebab pneumonia akhirnya juga akan mudah menginfeksi anak.
Anak-anak, khususnya di bawah usia lima tahun belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik seperti orang dewasa.
Selain karena paparan asap rokok, anak juga lebih berisiko pneumonia jika tidak mendapat ASI eksklusif, berat badan lahir rendah, kurang gizi, paparan polusi udara, hingga tidak imunisasi.
Pneumonia sampai saat ini menjadi penyebab kematian tertinggi pada balita.
Berdasarkan data UNICEF, ada 5,9 juta anak di bawah usia lima tahun yang meninggal dunia tahun 2015.
Dari jumlah tersebut, 15 persen atau 920.136 anak meninggal karena pneumonia.
Dengan kata lain, ada lebih dari 2.500 balita per hari yang meninggal karena pneumonia.
(Dian Maharani)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ayah Merokok, Anak Berisiko Terserang Pneumonia".