Mahasiswi berusia 19 tahun ini pada April 1996 diketahui menderita kanker otak dan diperkirakan hanya bisa bertahan hidup dua bulan.
Satu-satunya jalan untuk mengusir si kanker adalah lewat operasi.
“Tapi waktu operasi hendak dilakukan, dokter bilang tidak bisa dioperasi."
"Alasannya, letak tumornya tak memungkinkan dilakukan operasi. Tapi saya yakin, itu cuma cara Tuhan agar saya sembuh dengan cara lain,” ungkap Betty.
la pun mencoba. Berbagai pengobatan alternatif. Namun, hasilnya tidak ada.
"Penyakit saya malah parah. Berat badan saya turun sampai tinggal 27 kg. Bahkan, sampai keluar darah dari hidung dan mulut," kenangnya.
Atas saran dokternya, ia mencoba pengobatan Prof. Asmino.
Sejak Juli 1996, ia mulai menggunakan tulang rawan hiu untuk pengobatan bersama dengan obat-obatan medis.
Dalam sehari dia meminum obat medis dan obat alternatif tiga kali.
Obat tambahan tersebut sekali minum terdiri atas 35 g serbuk tulang rawan hiu, 10 g jamur hioko, madu, dan air rebusan benalu.
Berangsur-angsur kondisinya membaik. Berat badannya pulih, bahkan lebih berat lagi. Menurut pengakuannya, dia sudah sembuh.
Penglihatannya yang semula sangat kabur, kembali normal.
Sayangnya, ia belum melakukan pemeriksaan ulang dengan CT-scan untuk mengetahui masih ada-tidaknya tumor di otaknya.
1.000 kali lebih kuat
Di samping zat makanan lain, dalam tulang rawan hiu terdapat lima jenis protein yang diduga memiliki kekuatan menaklukkan sel kanker.
Sayangnya, protein mana yang mampu menggempur sel kanker masih belum dipublikasikan. Yang pasti, protein tersebut mesti segera diserap usus.
Kalau terlalu lama singgah di dalam lambung, proteinnya akan dipecah oleh asam lambung menjadi asam-asam amino, sehingga efektivitasnya menurun.
Di dalam tubuh, protein tersebut menghambat pertumbuhan kapiler darah baru yang tidak normal.
Konon, kemampuan tersebut mencapai 1.000 kali lebih kuat dibandingkan dengan tulang rawan sapi.
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR