Advertorial
Intisari-Online.com – Beberapa waktu lalu, kasus kekejaman terhadap gajah muncul ke permukaan.
Dilansir dari World of Buzzpada Minggu (14/4/2019), seorang pengguna Twitter bernama Fauzi membagikan bagaimana gajah-gajah di Thailand disiksa.
Lalu menjadikan hewan ini tunggangan di sebuah wahan.
Pada awalnya, anak-anak gajah dari gajah liar diculik dari ibu mereka kemudian dirantai.
Baca Juga: 3 Muridnya Berhasil Temukan Obat Kanker, Namun Guru Ini Malah Khawatir, Ini Alasannya
Kemudian, gajah dewasa ditempatkan dalam kandang di mana mereka akan diikat dengan tali rantai yang kuat agar mereka tidak bergerak.
Lalu dilansir dari Daily Mirrorpada Jumat (24/5/2019), seekor bayi gajah kelelahan saat diikat ke induknya sambil membawa seorang turis, kata penonton.
Diperkirakan bayi gajah tersebut masih berusia satu tahun, dan menunjukkan bahwa hewan kecil malang tersebut tampak kesulitan berjalan.
Lehernya diikat dengan tali rantai pada kaki induknya, hingga akhirnya anak gajah tersebut terkapar pingsan.
Belum selesai dua kasus tersebut, kini ada kasus kekejaman terhadap seekor gajah tua.
Dilansir dari metro.co.uk pada Rabu (14/8/2019), seekor gajah betina bernama Tikiri muncul di Esala Perahera, sebuah festival keagamaan di Kandy, Sri Lanka.
Gajah yang berusia 70 tahun terlihat memakai kostum festival yang nampaknya sangat glamor dan indah.
Dia menjadi tontonan warga dan menjadi sasaran obyek foto turis.
Namun siapa sangka dibalik kostum warna-warni tersebut, orang-orang di parade tidak tahu bahwa tubuhnya sangat kurus.
Ketika kostum festival tersebut dibuka, terlihatlah tubuh kurus gajah tua tersebut.
Bahkan tulang-tulangnya sangat terlihat jelas. Seperti kelaparan.
Dijelaskan oleh seorang aktivis bahwa gajah Tikiri bertubuh kurus karena dia kelaparan setelah dia dipaksa berjalan bermil-mil setiap malam sehingga orang bisa merasa 'diberkati' di sebuah festival keagamaan.
Lek Chailert, pendiri Save Elephant Foundation, mengatakan Tikiri adalah satu dari 60 gajah yang dipaksa bekerja selama sepuluh malam berturut-turut di festival kegamaan di Sri Lanka tersebut.
Dia mengklaim para gajah tersebut ‘dibelenggu’. Akibatnya mereka berjalan lebih lambat dalam parade malam.
Belum lagi fakta suara-suara selama parade yang sangat berisik dan mengganggu mental si gajah.
Chailert, yang organisasinya menyelamatkan gajah di Thailand, mengatakan tidak ada yang satu masalah ini sampai mereka melihat apa dibalik kostum yang Tikiri pakai.
“Tikiri bergabung dalam pawai pagi-pagi sekali sampai larut malam,” cerita Chailert.
“Dia melakukannya setiap lama selama 10 tahun, ada di tengah-tengah kebisingan, kembang api, dan asap.”
“Dia berjalan beberapa kilometer setiap malam sehingga orang-orang akan merasa diberkati selama upacara.”
“Namun tidak ada yang melihat tubuh kurusnya atau kondisinya yang melemah.”
“Semua karena kostumnya.”
“Tidak ada yang melihat air mata di matanya, terluka oleh lampu-lampu terang yang menghiasi topengnya.”
“Tidak ada yang melihat kesulitannya untuk melangkah ketika kakinya dibelenggu saat dia berjalan.”
“Bagaimana kita dapat menyebut ini sebagai berkat, atau sesuatu yang suci, jika kita membuat hidup orang lain menderita?”
“Oleh karenanya, di Hari Gajah Sedunia, ayolah kita tidak menyakiti makhluk hidup lainnya,” tutup Chailert.
Sementara juru bicara kuil mengatakan kepada Metro bahwa mereka 'selalu peduli dengan binatang' dan mengklaim Tikiri telah dilihat oleh dokter gajah.
Bagaimana menurut Anda?