Advertorial

Bukannya Pemalas, Dokter-dokter di Negara Ini Jarang Resepkan Obat untuk Pasien, Ternyata Ini Alasannya

Nieko Octavi Septiana
,
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Dokter-dokter di negara ini jarang berikan resep obat, bukannya pemalas, ternyata alasannya sungguh bijaksana.
Dokter-dokter di negara ini jarang berikan resep obat, bukannya pemalas, ternyata alasannya sungguh bijaksana.

Intisari-Online.com -Jika anak sakit biasanya orang tua akan membawa buah hatinya ke dokter untuk mendapat penyembuhan yang tepat.

Setelah periksa biasanya juga ada resep obat yang dibuatkan agar anak cepat sembuh.

Namun, para dokter di Amerika Serikat ternyata sudah jarang menulis resep obat batuk dan pilek untuk pasien anak-anak.

Hal ini berkaitan dengan sebuah studi yang menyatakan obat batuk dan pilek tidak efektif dan menyebabkan efek samping serius serta berpotensi fatal.

Baca Juga: Alami Bengkak di Rahang Sejak Umur 3 Tahun, Dokter Temukan Lebih dari 500 Gigi di Mulut Bocah Ini

Efek samping yang paling umum terjadi adalah rasa mengantuk berlebih, mual, naiknya tekanan darah, dan jantung berdebar.

Daniel Horton, seorang peneliti di Sekolah Kedokteran Rutgers Robert Wood Johnson di New Brunswick, New Jersey mengatakan, secara umum pilek pada anak-anak tidak perlu diobati dengan obat berdasar resep dokter.

Dengan penanganan yang tepat sebenarnya anak yang mengalami flu dan batuk bisa sembuh dengan sendirinya.

Dia menjelaskan, jika terserang pilek dan batuk, orangtua bisa memberikan obat untuk demam atau rasa sakit seperti acetaminophen, ibuprofen, atau madu untuk batuk.

Baca Juga: Bukannya Langsung ke Dokter, Pria Ini Malah Pergi Ke Bar dan Minum-minum Setelah Digigit Hiu, Alasannya Konyol

Pemberian obat-obatan tersebut pun harus dipastikan khusus untuk anak-anak serta tepat dosis.

"Anak-anak harus mengunjungi dokter jika mereka tidak dapat mengonsumsi cairan (obat batuk), tampak dehidrasi atau lesu, mengalami kesulitan bernapas, mengalami demam yang bertahan selama beberapa hari, atau jika ada masalah lain," kata Horton seperti dilansir Reuters, Selasa (30/7/2019).

Rekomendasi terhadap penggunaan obat batuk dan pilek pada anak-anak telah menjadi semakin umum sejak 2008, ketika Badan Pengawas Obat dan Makanan AS menyarankan agar tidak memberikan obat batuk dan pilek bebas untuk anak-anak di bawah usia 2 tahun.

Segera setelah itu, pembuat obat menyarankan untuk melarang obat flu dan batuk untuk anak di bawah usia 4 tahun. Sementara American Academy of Pediatrics merekomendasikan obat ini untuk anak di bawah usia 6 tahun.

Untuk melihat bagaimana rekomendasi ini memengaruhi kebiasaan resep dokter, para peneliti memeriksa data yang mewakili 3,1 miliar kunjungan anak selama 14 tahun, dari 2002 hingga 2015.

Mereka melihat resep obat batuk dan pilek dengan dan tanpa opioid serta antihistamin. Penelitian menemukan, dibandingkan dengan 2002 hingga 2008, periode sebelum rekomendasi terhadap penggunaan, pada 2009 hingga 2015 resep untuk obat batuk dan pilek non-opioid turun 70% untuk anak di bawah 2 tahun.

Baca Juga: Pantau Kondisi Buya Syafii Maarif, Presiden Jokowi Kirimkan Dokter Kepresidenan

Rekomendasi untuk obat batuk dan pilek dengan opioid turun 90% di antara anak-anak di bawah 6 tahun.

"Studi kami menunjukkan bahwa dokter merespons peringatan profesional terhadap penggunaan obat batuk dan pilek pada anak-anak," lanjutnya.

Namun, rekomendasi antihistamin untuk anak-anak meningkat lebih dari 10 kali lipat untuk usia di bawah 4 tahun dan lebih dari 5 kali lipat untuk usia 4 hingga 5 tahun.

"Mengingat bahwa banyak orangtua ingin perawatan, orang mungkin menebak bahwa beberapa dokter mulai merekomendasikan antihistamin lebih sering sebagai alternatif yang lebih aman daripada obat batuk dan pilek lainnya, meskipun ada sedikit bukti bahwa mereka benar-benar bekerja untuk mengobati pilek pada anak-anak," jelasnya.

Baca Juga: Wanita Meninggal 5 Hari Usai Cabut Gigi Bungsu, Keluarganya Tak Terima Dokter Sebut Penyebab Kematiannya Karena Tumor

Perubahan dalam rekomendasi untuk obat batuk dan pilek untuk anak-anak di atas 2 tahun terlalu kecil untuk mengesampingkan kemungkinan bahwa itu karena kebetulan, seperti halnya pergeseran dalam rekomendasi untuk antihistamin pada anak-anak usia 4 hingga 5 tahun dan remaja.

Satu kekurangan dari penelitian ini adalah bahwa para peneliti tidak memiliki data apakah orangtua mengikuti rekomendasi untuk mengambil atau menghindari obat-obatan tertentu, atau apakah orangtua mungkin telah memberi anak-anak obat bebas yang tidak direkomendasikan oleh dokter.(Soesanti Harini)

Artikel ini telah tayang di gridhealth.id dengan judulDokter Anak di Amerika Serikat Semakin Jarang Meresepkan Obat, Alasannya Sungguh Mulia!

Artikel Terkait