Selain mengenali daur hidup barang, Jessica juga menyebut masyarakat bisa melihat eco-label pada kemasan untuk memeriksa keramah lingkungan produk tersebut.
Tentu saja, plastik menjadi salah satu produk tidak ramah lingkungan.
Apalagi plastik sekali pakai semisal botol minum, kantung plastik, bungkus permen, dan sebagainya.
Sampahnya menggunung dan belum terurus dengan baik.
“Tidak sedikit fenomena dampak sampah tak terolah dan berdampak langsung terhadap lingkungan,” ujar Edi Susilo selaku Kepala Bidang Jejaring Inovasi Pariwisata Bahari Kemenkomaritim dalam diskusi yang sama.
Menanggapi masalah ini, lahirlah #BijakBerplastik yang dicetuskan Danone-AQUA sejak 2018.
”Bijak berplastik adalah komitmen sekaligus movement yang kita luncurkan tahun lalu untuk mendukung pemerintah mengatasi permasalahan sampah, khususnya sampah plastik yang masuk ke lautan,” jelas Karyanto Wibowo, Sustainable Development Director Danone Indonesia.
Melalui gerakan ini, AQUA berkomitmen untuk mengumpulkan lebih banyak plastik dari yang mereka gunakan pada 2025.
Gerakan #BijakBerplastik ini bersandar pada tiga pilar yakni collection (pengumpulan sampah plastik), education (mengedukasi publik tentang kegiatan reduce, reuse, dan recycle (3R) hingga mengembangkannya ke sekolah-sekolah), dan innovation (meluncurkan kemasan botol AQUA life yang terbuat dari 100% plastik daur ulang).
“Saya melihat bahwa di masa depan, bisnis itu harus berujung kepada kebaikan, business for good. Memang sangat menantang, tapi ini sudah menjadi komitmen kami dalam mengatasi masalah sampah,” ungkap Karyanto.
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR