Advertorial
Intisari-Online.com - Ada banyak jalan untuk meningkatkan kepedulian orang sekitarmu pada satwa yang terancam punah.
Salah satunya yakni lewat fotografi satwa.
Hans Manansang, Deputy Director Taman Safari Indonesia (TSI) menuturkan, fotografi satwa menjadi medium untuk menyampaikan pesan pada masyarakat agar lebih cinta dengan satwa, terlebih satwa-satwa endemik Indonesia.
Hal ini senada dengan fokus TSI yang kini merawat sekitar 5000 hewan dari 300-an spesies.
Kabar baik buat penggemar fotografi dan hewan, gelaran tahunan International Animal Photo Competition (IAPC) kembali dihelat.
Kompetisi ini dibuka pada 27 Juli- akhir Oktober 2019.
Pemenang yang berhak meraih hadiah ratusan juta rupiah beserta produk kamera Canon akan dianugerahi pada malam puncak, 2 November 2019 mendatang.
Pertarungan fotografi yang diadakan sejak 1990 ini hadir dalam dua kategori yang bisa diikuti para peserta.
Baca Juga: Tak Disangka, Begini 10 Karya Fotografi Pertama di Dunia Sebelum Teknologi Kamera Secanggih Sekarang
Kategori pertama yakni TSI, yang diperuntukkan bagi peserta yang mengirimkan hasil karya foto yang diambil di seluruh area TSI Group.
Area ini mencangkup Taman Safari Bogor, Taman Safari Prigen, Bali Safari & Marine Park, Batang Dolphins Center, Royal Safari Garden & Resort, dan Jakarta Aquarium.
Kategori kedua yakni untuk Umum, yang diperuntukkan bagi peserta yang melakukan pemotretan satwa di mana pun selain TSI.
Berlatih di mana saja, termasuk di rumah
Yup, tidak harus bertualang ke kawasan suaka margasatwa atau pergi ke Afrika untuk mendapatkan foto satwa yang ciamik.
Penulis dan fotografer Arbain Rambey dalam buku Fotografi Satwa: 25 Tahun Lomba Foto Satwa Taman Safari Indonesia menuturkan, kebun binatang, kebun tanaman, taman, atau danau di dekat rumah menawarkan banyak potensi untuk safari skala kecil.
Ia menambahkan, pecinta fotografi satwa bebas sejati mungkin mencemooh ide untuk merekam satwa yang dipelihara di kebun atau taman.
Kendati demikian, satwa-satwa peliharaan ini menyediakan kesempatan sempurna untuk mengasah keterampilan kita.
Di samping itu, kita jadi bisa pelesiran bersama keluarga sambil mengumpulkan foto-foto hewan berkualitas.
Cara hunting foto fauna yang murah seperti ini tentu jadi pilihan yang praktis dan menyenangkan, asal tahu menyiasati beberapa tantangannya.
Baca Juga: Terbaik, Foto-foto Ini Sukses Memenangkan Penghargaan Kontes Fotografi Komedi Alam Liar Paling Lucu
Tips memotret hewan dalam kandang
Arbain menuturkan, tantangan untuk memotret hewan di balik jeruji biasanya dapat teratasi dengan lensa tele.
Jarak fokus panjang dapat membuat ruang tajam menyempit.
Itu artinya, background maupun foreground menjadi buram.
Jika memotret hewan di dalam jeruji kandang, kondisi buram ini menguntungkan karena fisik jeruji tampak mengabur.
Jeruji bahkan bisa tampak hilang, asalkan hewan tidak berada dekat jeruji kandang saat akan difoto.
Baca Juga: Ani Yudhoyono dan RA Kartini, Dua Sosok Wanita Bangsa yang Sama-sama Suka Fotografi
Satwa yang bisa didekati
Taman kota bisa jadi lokasi yang patut dicoba.
Arbain menuturkan, burung dan satwa yang bisa dijumpai di sana lebih dapat didekati ketimbang satwa di pedesaan.
Terlebih jika kita sudah berbekal makanan kesukaannya.
Contoh, tupai mudah direkam close-up atau bahkan dengan lensa wide angle lewat godaan sekantong kacang.
Luangkan waktu untuk mengamati satwa sebelum mereka agar kita bisa mengantisipasi gerakan yang akan mereka lakukan.
Pakaian pun berpengaruh
Jika kita ingin mengabadikan satwa di alam bebas, Arbain menyarankan penggunaan pakaian yang berwarna alami.
Gunakan juga pakaian dengan bahan nyaman yang memungkinkan kita bergerak tenang.
Saku dan tas sebisanya pakai risleting ketimbang velcro yang berisik jika dibuka-tutup.
Gunakan pula pelindung alami untuk berpindah posisi dan bergerak perlahan menuju objek dengan zig-zag.
Jika mendekati mamalia, Arbain menyarankan untuk dekati obyek dari arah berlawanan angin agar ia tak bisa mencium aroma tubuh kita.
Baca Juga: (Foto) 10 Kamuflase Burung Hantu Paling Keren, Bisakah Anda Menebak Keberadaannya?
Memotret makro serangga
Menjelang musim panas, serangga akan mulai bermunculan.
Capung, contohnya.
Arbain menuturkan, akan lebih mudah untuk memotret serangga di pagi hari, sebelum menghangatkan diri dan beraktivitas.
Di malam hari, serangga banyak bersembunyi di semak rimbun, sehingga lebih sulit ditemukan.
Dekati obyek perlahan dan hindari bayangan diri kita mengenai objek, sehingga ia tak kabur.
Gunakan lensa makro yang lebih panjang dengan jarak fokus, misalnya 105 mm dan 180 mm agar tak membuat serangga ketakutan.
Baca Juga: Peneliti: Kepunahan Massal Mulai Berlangsung, Korban Pertamanya adalah Serangga
Mengabadikan satwa beraksi
Merekan satwa yang sedang beraksi bisa jadi tantangan tersendiri, terlebih jika kita menggunakan lensa panjang.
Perbesaran ekstrem dari lensa telefoto akan menyulitkan untuk mengikuti objek yang bergerak cepat tanpa latihan memadai.
Untuk menyiasatinya, Arbain menyarankan untuk coba rekam dari jarak yang lebih dekat dengan objek.
Di samping itu, pertimbangkan gerakan seperti apa yang ingin ditampilkan dalam foto, tajam atau kabur.
Jika ingin foto yang tajam dan gerakan seolah freeze, pakai shutter speed yang cepat.
Kecepatan yang dibutuhkan tergantung jarak obyek, kecepatan obyek bergerak, dan arah gerak satwa ke kamera.
Sementara itu, jika ingin memasukkan elemen kabur, pilih pengaturan aperture lebih kecil atau ISO lebih rendah untuk mendapatkan shutter speed lebih lambat.
Motion blur dapat mempertegas kesan kecepatan.
Nah, demikian kiat mengabadikan satwa dengan baik.
Jika sudah siap dengan karya terbaik, cek animalphotocompetition.com untuk ikuti kompetisinya.