Advertorial

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terjebak di 5%, Kepala Bappenas: Pertumbuhan Ekonomi Tinggi Hanya Nostalgia, Sangat Sulit Terulang

Ade S

Penulis

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan pernah keluar dari kisaran 5%, seperti yang terjadi selama dua dekade terakhir.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan pernah keluar dari kisaran 5%, seperti yang terjadi selama dua dekade terakhir.

Intisari-Online.com -Harapan agar Indonesia mengalami pertumbuhan energi yang tinggi sebaiknya dilupakan, sebab itu hanya terjadi di masa lalu.

Setidaknya, hal itulah yang bisa diambil dari pemaparanBadan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Menurut Bappenas, selama dua dekade terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia masih saja terjebak dalam kisaran angka 5%.

Baca Juga: Bloomberg: Bersama Brasil, Indonesia akan Pimpin Pertumbuhan Ekonomi Negara Berkembang pada 2019

Untuk itulah, Bappenas menilai, angka pertumbuhan ekonomi tinggi seperti yang pernah dicapai Indonesia di masa lalu sepertinya tinggal kenangan.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam periode 2000-2018 hanya sekitar 5,3%.

Sementara, berdasarkan diagnostik pertumbuhan ekonomi yang dilakukan Bappnenas, asumsi makro pertumbuhan ekonomi pada periode 2020-2024 mendatang berkisar 5,4% - 6%.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada 2016 Tertinggi Dibanding Dua Tahun Terakhir

Ekonomi Indonesia memang pernah mencapai masa pertumbuhan tinggi pada periode 1980-1996.

Kata Bambang, pada periode tersebu Indonesia pernah mengalami pertumbuhan ekonomi yang terbilang ideal.

Bukan hanya angka pertumbuhan tinggi dengan rata-rata 6,4%, namun faktor pendorong pertumbuhan pun berkualitas.

Baca Juga: IMF: Pertumbuhan Ekonomi India Tidak Lagi Jadi yang Tercepat di Dunia

Indonesia pada periode itu mulai berhenti mengandalkan komoditas minyak dan beralih mengandalkan penerimaan pajak dan memanfaatkan sumber daya alam lain seperti kayu dan hasil hutan.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga mengandalkan industri manufaktur padat karya seperti tekstil dan garmen, elektronik, alas kaki dan sebagainya.

“Periode itu tidak pernah terulang lagi, hanya tinggal nostalgia karena sangat susah untuk kembali ke angka pertumbuhan seperti itu,” tutur Bambang.

Baca Juga: Sering Diterpa Isu Bangkrut, Ekonomi Indonesia Malah Masuk 10 Besar Dunia versi IMF

Stagnasi pertumbuhan ekonomi ini akibat Indonesia kembali pada kebiasaan lama yaitu terlalu bertumpu pada komoditas alam mentah, seperti batubara dan kelapa sawit.

Oleh karena itu, isu stagnansi pertumbuhan ekonomi ini menjadi salah satu prioritas dalam penyusunan Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024.

“Kita patut concern karena Indonesia mengalami tren perlambatan pertumbuhan ekonomi. Kita harus mulai mencari tahu penyebabnya,” kata Bambang.

(Grace Olivia)

Artikel ini sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Terjebak di 5%, masa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi tinggal kenangan".

Baca Juga: Lama Keluar dari OPEC, Apakah Bisa Sebabkan Ekonomi Indonesia Melemah?

Artikel Terkait